Kota Yogyakarta memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan kota-kota lainnya, terutama dalam hal pendidikan. Salah satu dari organisasi Islam terbesar di Indonesia yang juga bergerak dalam ranah pendidikan dirintis dan didirikan di kota pelajar ini, organisasi tersebut tak lain dan tak bukan adalah Muhammadiyah. Kaitannya dengan pendidikan, ada perbedaan antara sistem pendidikan Muhammadiyah dengan sistem pendidikan lain. Sistem pendidikan –khususnya pesantren- yang dipakai Muhammadiyah memiliki ciri khas tersendiri, kalau biasanya pesantren identik dengan suasana desa (tradisional), maka Muhammadiyah mengemasnya dalam suasana yang lain. Sebagai contohnya adalah Qismul Arqo, yang didirikan pada tahun 1920 oleh KH Ahmad Dahlan di Kauman, tepatnya di ruang makan rumahnya.
Merasa asing dengan nama Qismul Arqo?
Sebagaimana yang dilansir www.ikmammm.wordpress.com, Qismul Arqo merupakan nama legendaris dari Madrasah Muallimin dan Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta. Sebelumnya, pada tahun 1923, Qismul Arqo berubah nama menjadi Kweeks school Islam, lalu berubah nama lagi menjadi Kweeks school Muhammadiyah. Pada tahun 1927 terjadi pemisahan, laki-laki menjadi kweeks school, sementara perempuan menjadi kweeks school istri. Setelah berulangkali berganti nama, akhirnya pada tahun 1930, pada kongres Muhammadiyah yang kedua, nama kweek school dirubah menjadi Madrasah Muallimin, dan kweek school istri menjadi Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta, nama tersebut tetap bertahan sampai sekarang.
Pada kesempatan ini, pembahasan kita fokus pada Madrasah Muallimat. Selain pergantian nama –sebagaimana yang telah dijelaskan diatas-, Madrasah ini juga mengalami perpindahan tempat. Sekarang, Madrasah Muallimat bertempat di Jalan Suronatan ng. II/653, setelah sebelumnya bertempat di ruang makan rumah KH. Ahmad Dahlan.
Bagi santriwati yang mondok disini, setidaknya ada tiga indikator yang harus dimiliki. Pertama, secara kognitif keagamaan santriwati harus dikategorikan punya bekal bahasa, hafalan, ibadah, serta akhlaq. Kedua, secara psikomotorik santriwati harus dikategorikan siap terjun ke masyarakat, yang sebelumnya telah menjalani pelatihan dan praktek lapangan di tengah masyaraakat. Ketiga, siswi harus dikategorikan siap jadi kader Muhammadiyah.
Ketiga Indikator tersebut merupakat syarat untuk mendapatkan Ijazah dari madrasah, sementara untuk mendapatkan Ijazah dari pemerintah, dilakukan ujian nasional sebagaimana sekolah-sekolah lainnya. Jadi, untuk menyandang gelar sebagai alumni, harus mendapatkan dua ijazah, yang sudah pasti tidak mudah untuk mendapatkannya.
Dari serangkaian sisi kehidupan di Muallimat, dengan ditarget harus memiliki beberapa kompetensi sebagai alumni, seolah menjadi langkah dalam membuktikan perkataan KH. Ahmad Dahlan, “jangan jadikan alasan dapur untuk bermasyarakat”. Perkataan tersebut mengandung makna bahwa seberat apapun urusan kita, baik didunia pekerjaan, akademik, rumah tangga, dan sebagainya, jangan dijadikan alasan untuk menjadi introvert dalam masyarakat, atau bahkan anti sosial. Sepintar-pintarnya orang dalam bekerja, akademik, dan rumah tangga, tidak ada artinya jika tidak bisa mengayomi masyarakat. Begitu juga sebaliknya, tidak ada artinya jika kita bisa mengayomi bermasyarakat, tetapi tidak mampu mengatur urusan pribadi.
Merasa asing dengan nama Qismul Arqo?
Sebagaimana yang dilansir www.ikmammm.wordpress.com, Qismul Arqo merupakan nama legendaris dari Madrasah Muallimin dan Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta. Sebelumnya, pada tahun 1923, Qismul Arqo berubah nama menjadi Kweeks school Islam, lalu berubah nama lagi menjadi Kweeks school Muhammadiyah. Pada tahun 1927 terjadi pemisahan, laki-laki menjadi kweeks school, sementara perempuan menjadi kweeks school istri. Setelah berulangkali berganti nama, akhirnya pada tahun 1930, pada kongres Muhammadiyah yang kedua, nama kweek school dirubah menjadi Madrasah Muallimin, dan kweek school istri menjadi Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta, nama tersebut tetap bertahan sampai sekarang.
Pada kesempatan ini, pembahasan kita fokus pada Madrasah Muallimat. Selain pergantian nama –sebagaimana yang telah dijelaskan diatas-, Madrasah ini juga mengalami perpindahan tempat. Sekarang, Madrasah Muallimat bertempat di Jalan Suronatan ng. II/653, setelah sebelumnya bertempat di ruang makan rumah KH. Ahmad Dahlan.
Bagi santriwati yang mondok disini, setidaknya ada tiga indikator yang harus dimiliki. Pertama, secara kognitif keagamaan santriwati harus dikategorikan punya bekal bahasa, hafalan, ibadah, serta akhlaq. Kedua, secara psikomotorik santriwati harus dikategorikan siap terjun ke masyarakat, yang sebelumnya telah menjalani pelatihan dan praktek lapangan di tengah masyaraakat. Ketiga, siswi harus dikategorikan siap jadi kader Muhammadiyah.
Ketiga Indikator tersebut merupakat syarat untuk mendapatkan Ijazah dari madrasah, sementara untuk mendapatkan Ijazah dari pemerintah, dilakukan ujian nasional sebagaimana sekolah-sekolah lainnya. Jadi, untuk menyandang gelar sebagai alumni, harus mendapatkan dua ijazah, yang sudah pasti tidak mudah untuk mendapatkannya.
Dari serangkaian sisi kehidupan di Muallimat, dengan ditarget harus memiliki beberapa kompetensi sebagai alumni, seolah menjadi langkah dalam membuktikan perkataan KH. Ahmad Dahlan, “jangan jadikan alasan dapur untuk bermasyarakat”. Perkataan tersebut mengandung makna bahwa seberat apapun urusan kita, baik didunia pekerjaan, akademik, rumah tangga, dan sebagainya, jangan dijadikan alasan untuk menjadi introvert dalam masyarakat, atau bahkan anti sosial. Sepintar-pintarnya orang dalam bekerja, akademik, dan rumah tangga, tidak ada artinya jika tidak bisa mengayomi masyarakat. Begitu juga sebaliknya, tidak ada artinya jika kita bisa mengayomi bermasyarakat, tetapi tidak mampu mengatur urusan pribadi.
Komentar
Posting Komentar