Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

Jose Mujica, Presiden Termiskin di Dunia

PRESIDEN miskin? Masa sih? Tapi betul ada. Ia adalah Jose Mujica. Pemimpin negara berkembang umumnya memiliki sifat korup dan bekerja tidak sepenuh hati memperbaiki kondisi warganya. Tapi gambaran ini tidak berlaku untuk Presiden Uruguay, José Mujica. Ia menyumbangkan 90% gaji bulanannya (120 juta rupiah) untuk kepentingan warga miskin dan usaha kecil. Ia memilih hidup sederhana di rumah dan lahan pertaniannya yang kecil. Istrinya meskipun anggota senat, masih menanam bunga untuk dijual ke pasar setempat. Ketika diwawancarai setelah terpilih sebagai presiden, ia hanya memiliki uang tunai sedikit, tidak pernah memiliki rekening bank terlebih kartu kredit. Kendaraannya hanya sebuah VW Beetle tua. Orang-orang menyebutnya sebagai presiden termiskin di dunia saat ini. Tapi ia berkata, “Saya tidak merasa miskin. Orang miskin adalah mereka yang bekerja hanya untuk menjaga gaya hidup mewahnya dan selalu ingin lebih dan lebih.” [berbagai sumber] * tulisan ini pernah di

Kenangan Bersama Pak AR

Dari wall teman Kebetulan Kisah-kisah kenangan tentang kehidupan KH AR Fachruddin selalu menarik dituturkan. Tulisan ini masih berkisah seputar keteladanan Pak AR yang saya adaptasi dari buku “Anekdot dan Kenangan Lepas tentang Pak AR” karya M Sukriyanto AR. Peristiwanya terjadi sekitar tahun 1963. Ketika itu, Pak AR diundang oleh Ranting Muhammadiyah di Krendetan, Purwodadi, Jawa Tengah. Karena perjalanan dengan kendaraan umum dan lumayan jauh, dipastikan Pak AR sampai di Krendetan sore hari. Begitu sampai di tempat undangan, Pak AR diantar ke rumah salah seorang keluarga yang memang dijadikan sebagai transit. Sudah disediakan hidangan ringan. Tetapi, entah kenapa, teh yang disuguhkan terasa kurang manis. Karena itu, tuan rumah berkata, “Maaf, Pak AR. Tehnya kurang manis.” Tanpa basa-basi, Pak AR langsung menjawab, “Tidak apa-apa. Malah kebetulan. Kata dokter, kalau kebanyakan gula, malah kita bisa kena penyakit kencing manis.” Selesai istirahat sebentar, tibalah

Etos Ber-Muhammadiyah*

Oleh: Prof. Dr. Imam Suprayogo Di tengah banyak orang kebingungan mencegah tindak kejahatan korupsi, kiranya tepat menengok Muhammadiyah dalam mengelola lembaga-lembaga sosial nya . Hal itu kiranya   relevan,   Lebih-lebih ketika organisasi Islam modernis ini sedang   melaksanakan hajat besar, yaitu muktamar satu abad yang dilaksanakan di Yogyakarta pada pagi hari ini. Muhammadiyah   selama ini telah teruji dalam mengelola berbagai lembaga ,   seperti pendidikan, rumah sakit atau klinik kesehatan, panti asuhan dan juga tempat ibadah . Selama ini   belum terdengar ada penyimpangan atau korupsi   yang dianggap serius. Jika pun ada persoalan, terkait dengan organisasi dan kepengurusan lembaga nya . Misalnya, konflik yang muncul karena persaingan calon kepala sekolah, rektor, pimpinan rumah sakit dan sejenisnya. Tetapi biasanya persoalan seperti itu segera bisa diatasi. Keberhasilan Muhammadiy ah hingga dapat mengatasi   penyi

Selamat ber-Musykom

Segenap PK. IMM Ushuluddin UIN Jogja mengucapkan selamat melaksanakan Musyawarah Komisariat (Mosykom) untuk PK.IMM Saintek UIN, semoga bisa menjadi langkah awal untuk IMM Saintek yang lebih baik di periode kedepannya.. Selamat bermusyawarah..selamat berdiskusi..selamat melaksanakan pemilihan Ketua PK.. "Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu di dasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, dan golongan apapun."~Soe Hoek Gie~

Puisi dari Rakyat Miskin bagi Koruptor

Wahai penguasa, pejabat dan wakil rakyat yang terhormat Tidakkah hatimu pilu bila melihat fondasi bangunan rumahmu yaitu negaramu hancur... Tidakkah hatimu pilu bila melihat kekayaan negara dikorupsi beramai-ramai untuk keuntungan pribadi... Tidakkah hatimu pilu bila aparat semakin hari lebih memilih hanya memperhatikan ketebalan dompet sendiri daripada jiwa melayani bagi masyarakat dan bangsa... Tidakkah hatimu pilu bila tidak ada aparat yang berani berkorban untuk mengatasi permasalahan di masyarakat tetapi malah membuat permasalahan sebagai komoditas yang mampu diperdagangkan di bawah meja... Tidakkah hatimu pilu bila dana yang dipakai untuk pendidikan bangsa dan negara khususnya bagi rakyat miskin dikorupsi secara berjamaah.. Tidakkah hatimu pilu bila dana yang ddipakai untuk kesehatan masyarakat di nusantara khususnya bagi rakyat miskin disunat secara massal dari atas ke bawah... Tidakkah hatimu pilu bila dana pembangunan bangsa dan negara khususnya bagi rakyat

Nasihat Imam Syafi’i RA :

“Aku tidak pernah berdebat untuk mencari kemenangan” “Aku mampu berhujjah dengan 10 orang yang berilmu, tetapi aku pasti kalah dengan seorang yang jahil, karena orang yang jahil itu tidak pernah faham landasan ilmu” “Apabila orang bodoh mengajak berdebat denganmu, maka sikap yang terbaik adalah diam, tidak menanggapi. Apabila kamu melayani, maka kamu akan susah sendiri. Dan bila kamu berteman dengannya, maka ia akan selalu menyakiti hati” “Apabila ada orang bertanya kepadaku,“jika ditantang oleh musuh, apakah engkau diam ??” Jawabku kepadanya : “Sesungguhnya untuk menangkal pintu-pintu kejahatan itu ada kuncinya.” “Sikap diam terhadap orang yang bodoh adalah suatu kemuliaan. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan” “Apakah kamu tidak melihat bahwa seekor singa itu ditakuti lantaran ia pendiam ?? Sedangkan seekor anjing dibuat permainan karena ia suka menggonggong ??” “Orang pandir mencercaku dengan kata-kata jelek, maka aku tidak ingin untuk men