Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Ugensi Takhrij Hadis

  Oleh: IMMawan Nizam Zulfa Hadis merupakan dasar pedoman hidup setelah al-Qur’an sebagaimana Firman Allah “ Barangsiapa menaati Rasul, maka sesungguhnya ia telah menaati Allah” (QS. An-Nisaa’: 80). Tak heran jika hadis harus lebih menjadi perhatian bagi setiap muslim. Dalam kehidupan sehari-hari, sedikit atau banyak tak bisa dipungkiri bahwa setiap gerak dan aktifitas setiap muslim dipengaruhi al-Qur’an dan hadis. Dari sinilah kita harus faham bahwa pengetahuan kita dalam beragama, atau lebih spesifiknya kepada pemahaman hadis itu harus dapat menunjukkan suatu pemahaman yang benar dan bijak agar bertindak sesuai hadis . Maka sebagai muslim hendaknya tidaklah acuh terhadap masalah hadis. Meskipun banyaknya kesibukan kita dalam urusan dunia rasanya untuk  menyempatkan sedikit waktu guna Menghadiri majelis kajian hadis, membaca dan mempelajari hadis, ataupun hanya nonton kajian hadis di internet itu bukanlah hal yang sulit dilakukan, dalam tanda kutip bagi mereka yang memang ada ghir

Sejarah Awal Berdirinya Muhammadiyah

  Oleh: Immawan Alfandi Ilham Muhammadiyah sebagai gerakan sosial-keagamaan yang berdiri lebih dari satu abad lalu, telah memberikan banyak kontribusi sebagai upaya memajukan agama, bangsa dan negara. Besarnya Muhammadiyah saat ini tidak terlepas dari beratnya perjuangan yang dilakukan oleh pendirinya yaitu KH Ahmad Dahlan dan para perintis generasi awal Muhammadiyah. Muhammad Darwis (nama kecil KH Ahmad Dahlan) merupakan putra dari seorang Ketib Majid Gedhe Kauman yaitu KH Abu Bakar dan ibu Siti Aminah. Beliau lahir pada 1 Agustus 1868 di Kauman Yogyakarta yang merupakan tempat kediaman para ulama dan kyai Kraton Yogyakarta. Kiai Dahlan sejak muda sudah memiliki semangat belajar yang tinggi, tidak hanya itu beliau juga dikenal sebagai seorang yang lemah lembut, sabar dan suka mengalah namun sangat teguh pendirian dan bertanggung jawab. Tujuh tahun setelah kepulangan Kiai Dahlan dari Makkah dan setelah menikah dengan Siti Walidah, ayah beliau KH Abu Bakar wafat. Setelah wafatnya sang

Revolusi Pendidikan di Era Milenial

  NOTULENSI DISKUSI IMM Revolusi Pendidikan di Era Milenial (2 Mei 2020) Oleh: PK IMM Ushuludin Muqaddimah Pendidikan tak akan pernah berhenti dibahas, karena cakupannya sangatlah luas. Dalam diskusi ini pembahasan akan dikhususkan terkait hal ihwal pendidikan menengah, khususnya dalam ruang lingkup perguruan tinggi. Landasan teologis mengenai pendidikan terdapat dalam potongan ayat 11 dalam Surah Al-Mujadalah, yang berbunyi “….yarfa’ullahulladziina aamanu minkum, walladziina uutul ‘ilma darojaat....”. Ayat ini menjelaskan bahwa mereka yang menuntut ilmu adalah mereka yang sedang diangkat derajatnya oleh Allah. Bahkan, ayat ini menggunakan kata jama’ , yaitu “ darojaat” , yang maksudnya adalah beberapa derajat. Pendidikan dan Generasi Milenial Pendidikan menurut UU N0.20 th 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

Sore Bersama Ketua Instruktur Cabang

Oleh: Immawan Nizam Zulfa Sleman- PK IMM Ushuluddin kembali menggelar semacam reuni dengan seorang alumninya pada Jum’at (28/02), yaitu Immawan Aufa Yuvella ( mas aufa, sapa akrab kami ) yang saat ini sudah bertahta sebagai instruktur di PC IMM Sleman. Dalam tajuk diskusi jum’at sore, beliau memaparkan terkait bagaimana menumbuhkan budaya responsif kader ikatan terhadap isu-isu publik yang kian semakin marak di era dewasa ini. Sebagai seorang yang pernah menangani perkaderan di IMM Ushuluddin, dalam kesempatan tersebut M as A ufa menekankan terlebih dahulu terkait hakikat seorang kader ikatan. Karena seorang kader haruslah memiliki niat yang kuat dan terarah jelas di dalam ikatan ini. Apa yang mau ia capai dan bagaimana cara untuk sampai pada itu. Papar beliau lebih lanjut, bahwa di IMM ada tiga kompetensi yang bisa kader tuju dan dapatkan yaitu Intelektualitas, Humanitas (sosial), dan Religiusitas. Fokus terhadap salah satunya akan lebih baik daripada jika kader mengejar ke

Setangkai Mawar Menawan

SETANGKAI MAWAR MENAWAN Layaknya hubungan vertikal dan cinta yang diterima hamba dari Tuhan, Cinta Tuhan yang tak bosan Dia berikan Layaknya hubungan horizontal seseorang dengan kawan, Saling berjuang dan menguatkan Setangkai mawar menawan, Lambang cinta yang tak butuh pembuktian, Hanya menunggu waktu dan jawaban kesetiaan, Mereka rela berkorban, Waktu, tenaga, harta, fikiran Walau naas, tak jarang mereka jadi korban Setangkai mawar menawan, Tumbuh indah di taman impian, Taman yang sejuk dan penuh kenyamanan, Penuh cinta, canda, tawa, duka, cerita dan kenangan, Untuk cerita anak-anak dan generasi masa depan Setangkai mawar menawan, Bunga indah, penuh asa nan harapan, Harapan, harapan, dan harapan tuk meraih angan, Demi melanjutkan khittah dan perjuangan Nanjah Ma’an.. Terimakasih Immawati dan Immawan… Sweet regard, Arina

Menjadi Anak Jalanan Tak Melulu Faktor Ekonomi

Sumber gambar: Republika Online Oleh: Immawan Andika Setiawan               Belakangan ini, fenomena anak jalanan yang marak terjadi di Kota-kota besar maupun Kota-kota kecil disinyalir karena ada faktor ekonomi (Aly Aulia, 2016: 1). Notabene anak jalanan tersebut menjadikan kegiatan ngamen sebagai ladang mengais rezeki. Fenomena yang dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat Indonesia ini, merupakan rangkaian yang mungkin saja kita tak tahu apa yang mendasari meraka untuk melakukannya. Tetapi memang, jika dilihat dari kacamata awam, anak jalanan yang ngamen memiliki alasan yang mendasar yaitu karena faktor ekonomi.   Masyarakat menganggap anak jalanan merupakan anak yang bisa dikatakan urakan dan tidak mencerminkan sikap displin. Bajunya pun sobek-sobek, terlihat kumuh dan lusuh. Apalagi rambutnya diwarnai dengan warna yang mencolok seperti warna-warna dalam segmen warna pelangi. Aroma badanya pun juga tak sedap, dan terlihat jarang mandi. Masih teringat betul

Kontroversi Khilafah Islamiyah

Oleh: Immawati Ninis Pradita             Belakangan ini, isu mengenai khilafah bermunculan di Indonesia. Khilafah adalah lembaga pemerintahan Islam yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah [1] . Seiring perkembangan waktu khilafah dapat diartikan sebagai Lembaga pemerintahan secara umum. Saking seringnya mendengar mengenai khilafah, yang terlintas bukan makna asli mengenai kata tersebut melainkan khilafah dalam artian pendirian negara islam yang mutlak. Pendirian negara islam atau daulah Islamiyah ini didengungkan oleh beberapa kelompok di dunia termasuk di Indonesia. Diantara organisasi yang akrab didengar oleh kita adalah Islamic State Iraq and Suriah (ISIS). Khilafah ini bertujuan mengganti seluruh sistem negara yang ada dengan menggunakan Al Quran dan Sunnah karena beranggapan hukum selain itu (buatan manusia) adalah thaghut. Khilafah yang dikenal banyak orang saat ini ialah Khilafah yang menganggap sistem pemerintahan yang tidak berlandaskan Al Quran dan Sunnah secara m