Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

Catatan Milad IMM ke-51*

Kuntowijoyo dalam bukunya “Islam sebagai Ilmu: Epistemologi, Metodologi, dan Etika” mengemukakan sebuah analogi menarik yang available terhadap kondisi gerakan kemahasiswaan. Kuntowijoyo mengklasifikasikan secara umum ada dua jenis gerakan; antara yang berorientasi keilmuan dan politis. Keduanya bisa dibedakan dengan mengibaratkan antara pohon jati dan pohon pisang. Kedua pohon ini berbeda. Menanam pohon jati akan memakan waktu berpuluh-puluh tahun dan bahkan satu generasi untuk kemudian bisa menikmati buahnya. Berbeda dengan menanam pohon pisang, kita hanya perlu mencari momentum yang tepat dan kemudian membiarkannya tumbuh dengan sendirinya hingga pohon itu telah berkembang dengan cepat dan menghasilkan buah dalam waktu yang sangat singkat. Dilihat dari hasil, kedua pohon ini juga memiliki umur kehidupan yang bertolak belakang, pohon jati akan sanggup bertahan dalam waktu lama, sementara pohon pisang akan segera dipotong atau bahkan mati dengan sendirinya setelah buahnya se

Bangkit dan Lawan!

Oleh: Muhammad Ridha Basri Mungkin pembaca sudah tidak asing dengan nama Ahmad Najib Wiyadi, atau Kang Wiyadi, atau Gotank Wiyadi. Untuk sebutan yang terakhir, merupakan nama familiarnya di sosial media. Tiga nama itu mengerucut pada satu sosok penuh inspirasi. Aku mengenalnya di salah satu kegiatan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Dulunya, ia juga menjadi bagian dari IMM, sama sepertiku kini. Dan masanya bertepatan dengan masa akhir pemerintahan Orde Baru dan awal kemunculan era reformasi. Kebayang kan ketika disebut sebagai mahasiswa sekaligus aktivis di era itu? Karena itu pula, ia dikenal sebagai orator ulung, spesialis kegiatan advokasi, juga ahli mobilisasi massa. Kang Wiyadi dilahirkan di Bayuwangi, Jawa Timur. Ayahnya sedikit terpengaruh oleh paham komunis. Buktinya, ia dan saudaranya hidup dengan peraturan yang sangat minim. “Kamu boleh hidup sesukamu, asalkan tidak mabuk-mabukan dan tidak melanggar hukum”, hanya itu pesan sang ayah kepada Wiyadi muda. Latar kel