Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2019

Kerja Tanpa Bayaran

Kerja tanpa bayaran yang pantas bahkan tidak dibayar bukanlah suatu pekerjaan yang semua orang mau mengambilnya. karena apa yang dikeluarkan dan yang tercurahkan dalam pekerjaan tersebut tidak bernilai meterial seperti uang atau kehidupan yang lebih baik. tentunya tawaran yang remeh ini juga hanya akan diambil oleh orang orang yang bisa dibilang "abnormal" dalam arti berbeda dengan manusia pada umumnya. Jika pada umumnya orang lebih memilih untuk mengambil pekerjaan berdasarkan besar gaji yang akan diperoleh atau sebesar apa keuntungan yang diterima, namun orang orang abnormal ini memilih untuk meninggalkan hal hal materil ini dan mengharapkan hal yang lain. di beberapa plosok negeri masih terdapat guru yang dibayar 20.000 perbulan, bahkan tidak dibayar sepeserpun. Di Madu tepatnya di Pamekasan yang masih di daerah pinggiran kota, beberapa ustad di madrasah madrasah mengajar tanpa digaji apapun. mereka mengajar 30 jam dalam seminggu tanpa mendapat upah sepeserpun. Dal

Trilogi IMM: Wujudkan Karya Nyata melalui Aktualisasi Religiusitas

Trilogi IMM: Wujudkan Karya Nyata melalui Aktualisasi Religiusitas Slogan 1  dari Ikatan mahasiswa Muhammadiyah yang paling familiar adalah “anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual”. Moral-intelektual telah menjadi tubuh IMM sebagai karakter bagi setiap kader. Namun, mengemban dan memangku kalimat tesebut tidak mudah seperti membalikkan kedua telapak tangan. Dalam hal ini, tidak serta merta penulis menjabarkan bagaimana menjadi sosok kader yang ideal. Akan tetapi, penulis ingin menyampaikan terlebih dahulu mengenai kegelisahan terhadap penerapan trilogi dan trikompetensi dasar dalam tubuh IMM. Salah satunya ialah penerapan nilai religiusitas. Menurut hemat penulis, religiusitas merupakan tujuan utama yang menjadi dasar berdirinya IMM. Gerakan keagama-an menjadi identitas, bahkan mendarah daging dalam tubuh IMM. Namun, ketika melihat suatu kegiatan yang dilaksanakan IMM, penulis justru jarang melihat sisi ke-agamaan yang menjadi identitas setiap kader-kader IMM.

Donatur Tak Terduga

Pukul 14.00, Fikri dan Ozi tiba di rumah pak Heri. Tuan rumah terlihat menunggu didepan gerbang rumah. Tampak kedua anaknya yang sedang mengangkat barang-barang bawaan untuk disusun ke dalam mobil.  “Assalamu’alaikum.. “sahut Fikri.  “Wa’alaikumussalam .. nak Fikri ya.?”tanya pak Heri.  “iya pak.”jawab Fikri. Fikri bertemu pak heri untuk ke-dua kalinya dalam sehari.  “Mari silakan masuk.”sapa pak Heri.  “Disini aja pak. Karena ada temen saya yang menunggu di dalam mobil.”jawab Fikri.  “tidak papa, ayo diajak masuk temennya.”  “ Nggak papa  pak. Disini aja.”  “Ayo, sini..”sahut pak Heri yang mempersilahkan Fikri dan Ozi untuk duduk di ruang tamu. Fikri pun tidak bisa menolak ajakan pak Heri yang memintanya untuk masuk.  “Begini nak Fikri, tadi saya sudah kabari si Aria, katanya nak Fikri yang mau mabil hewan qurban saya.”tanya pak Heri.  “iya, betul pak.”  “Jadi begini, sebentar lagi saya mau mudik ke Surabaya. Sedangkan tadi pagi saya sudah belikan dua ekor sapi qurban un

Donatur Tak Terduga

Part 1 Pagi itu, di hari sabtu semua berjalan seperti biasa. Kami semua dari kader IMM Komisariat Ushuluddin mengadakan sebuah kegiatan Qurban bersama IMM. Semua panitia sibuk mempersiapkan kebutuhan yang akan dibawa. Banyak sekali kegiatan yang harus dikerjakan dan dipersiapkan. Termasuk aku dan Alvu. Yah, aku Aria salah satu kader IMM disalah satu universitas terkenal di Jogja. Aku dan Alvu mendapat tugas untuk berbelanja kebutuan sandang pangan dan papan. Maka, aku dan Alvu mempersiapkannya segala sesuatunya sedari pagi. Karena acara terbilang cukup padat, maka segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan matang. Namun, hingga sekarang, waktu zuhur pun telah tiba. Kami sudah hampir selesai, hanya saja barang-barangnya belum dimasukkan kedalam mobil. Karena mobil yang akan kami gunakan nanti ialah mobil Fikri. Aku dan Alvu mengambil air wudhu untuk melaksanakan solat berjama’ah. Baru saja selesai salam kedua dari solat, terdengar suara telpon berdering yang bersumb

Mencetak Kader Rabbani

Mencetak Kader Rabbani Oleh Salma Zaman sekarang, banyak pemuda kurang sadar terhadap perannya di kehidupan sosial. Dikarenakan perbedaan antara zaman dahulu dan zaman sekarang. Zaman dahulu semua serba susah, sehingga para pemuda sudah terbiasa untuk bekerja keras demi mendapatkan sesuatu. Sedangkan zaman sekarang, segalanya serba mudah. Segalanya dapat dijamah dalam waktu sekejap.  Teknologi juga semakin berkembang. Semua bisa didapat melalui gadget. Dengan gadget, semua bisa didapat dengan mudah, bahkan dengan waktu yang relatif singkat. Hal ini menyebabkan pemuda terlena dengan kemudahan tersebut, sehingga melupakan makna penting kerja keras. Zaman sekarang, pemuda lebih disibukkan dengan gadget nya.  Kemana-mana pemuda membawa gadget.  Jika tidak membawa, terasa seperti ada yang kurang.  Maka dari itu pemuda zaman sekarang banyak  yang kurang  peduli terhadap  lingkungannya. Karena  disibukkan  bermain gadget. Maka dari itu, kita sebagai pemuda harus sadar terhadap fenom