Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2016

Menanyakan Toleransi

Oleh: Hendriyan Rayhan  -Kader PK IMM Ushuluddin UIN SUKA- Toleransi berasal dari kata “toleran” (Inggris: tolerance; Arab: tasamuh) yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada. Dapat  dipahami bahwa toleransi adalah bersifat atau bersikap tenggang --menghargai, membiarkan, membolehkan--  terhadap pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan atau kebiasaan yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendirian pribadi. Menghadapai masyarakat modern yang plural, toleransi mutlak dibutuhkan untuk menjaga kenyamanan sosial.  Dalam hal beragama misalnya, toleransi tidak hanya dibutuhkan terhadap mereka yang berbeda agama, karena terkadang ada satu agama dengan interpretasi berbeda diantara pemeluknya. Toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan tentang adanya agama-agama lain selain agama yang diyakini dengan segala bentuk sistem, dan tata cara p

Untukmu Pemuda

Pemuda.. Kaukah itu? Serpihan tanah kering yang menghitam Ribuan pemeo yang tak henti-hentinya kau hujamkan Negaramu nan indah ini, Perlahan kau buat menangis Ide demonstrasi dari ruang kecil di tempat tinggalmu sampai kepada megahnya istana pejabat Kau lepas pakaianmu Kau tunjukkan aibmu Di tengah teriknya kota Kau bakar segala yang bisa kau bakar.. Segalanya menjadi hitam melalui penglihatanmu Lupakah engkau tragedi 88 tahun yang lalu? Geliat darah persatuan oleh kakak-kakakmu Dasar pijakan mutlak itu kini bahkan tidak lagi kau anggap ada Keringnya tanah masa lampau, sucinya ruh putih itu Ia penuh duka menggemakan persatuan Meronta-ronta demi bulatnya lingkaran persatuan Sekalipun harus berdosa Tapi kini, Serpihan tanah kering itu telah menghitam, legam

Qismul Arqo: Awal Mula Berdirinya Pesantren Muhammadiyah

Kota Yogyakarta memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan kota-kota lainnya, terutama dalam hal pendidikan. Salah satu dari organisasi Islam terbesar di Indonesia yang juga bergerak dalam ranah pendidikan dirintis dan didirikan di kota pelajar ini, organisasi tersebut tak lain dan tak bukan adalah Muhammadiyah. Kaitannya dengan pendidikan, ada perbedaan antara sistem pendidikan Muhammadiyah dengan sistem pendidikan lain. Sistem pendidikan –khususnya pesantren- yang dipakai Muhammadiyah memiliki ciri khas tersendiri, kalau biasanya pesantren identik dengan suasana desa (tradisional), maka Muhammadiyah mengemasnya dalam suasana yang lain. Sebagai contohnya adalah Qismul Arqo, yang didirikan pada tahun 1920 oleh KH Ahmad Dahlan di Kauman, tepatnya di ruang makan rumahnya. Merasa asing dengan nama Qismul Arqo? Sebagaimana yang dilansir www.ikmammm.wordpress.com, Qismul Arqo merupakan nama legendaris dari Madrasah Muallimin dan Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta. Sebelumnya, pad

Sejarah Yahudi dan Klaim Kaum Terpilih*

Dalam sejarah perkembangan keagamaan dunia, setidaknya ada 3 (tiga) agama monoteisme (kepercayaan pada satu Tuhan) yang tumbuh dan berkembang sampai saat ini. Ketiga agama tersebut adalah Yahudi, Nashrani (Kristen), dan Islam. Ketiga agama ini pada dasarnya merujuk kepada panutan yang sama, yaitu Nabi Ibrahim as. yang dikenal sebagai “bapak monoteisme”, fakta ini tertera dalam masing-masing kitab suci mereka, Yahudi dengan Tauratnya, Nashrani dengan Injilnya, serta Islam dengan Al-Qur’annya. Fokus pembahasan kita kali ini adalah tentang agama Yahudi. Meskipun terdapat berbagai perbedaan pendapat tentang asal-usul kaum ini, tetapi sejarawan dan mayoritas tokoh Yahudi berpendapat bahwa istilah Israil bermula dari anak keturunan Nabi Ibrahim melalui jalur Nabi Ishak, yang kemudian melahirkan Nabi Ya’kub yang nantinya akrab dengan nama Israil. Jika data ini benar, maka sebenarnya kita perlu lebih bijak dalam menyebut kata Israil. Terlebih, mencemooh kata “Israil” adalah suatu hal yang kur

IMM UY Adakan Napak Tilas ke Langgar Kidul

Sebagai bentuk pengenalan Muhammadiyah kepada para kadernya, IMM UY mengadakan napak tilas ke tempat bersejarah Muhammadiyah. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Kamis 06 Oktober 2016, dan berlangsung di Langgar Kidul, Kauman, Yogyakarta. Bukan hanya sekedar melihat bukti lahiriah historisitas Muhammadiyah, tetapi kita juga menjelaskan bagaimana perjuangan Muhammadiyah pada awal mulanya. Menjelaskan seberapa berat perjuangan yang dilakukan KH. Ahmad Dahlan dan murid-muridnya menghadapi berbagai masalah yang silih berganti datang. Kegiatan ini dipandu oleh Immawan Fajar Shadiq. Selain mengunjungi bukti sejarah perjuangan Muhammadiyah yang juga disertai penjelasan didalamnya, kita juga melakukan diskusi rutin PK IMM UY tentang ke-Muhammadiyah-an yang diampu oleh Immawan Syahrul Mubarak, yang bertempat di Masjid Gedhe. Diskusi rutin ini menitikberatkan kepada pembahasan tentang bagaimana kita sebagai kader ikatan memahami dua pesan dari KH. Ahmad Dahlan. Dua pesan tersebut yakni, “aku ti

Filosofi Cangkir

“Seindah apa pun cangkir yang kau ukir, dapatkah ia bermakna apabila tak berisi? Dapatkah ia bermakna jika hanya berisi? Dapatkah ia tahan banting jika kau lemparkan pada dinding? Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada ruang? Dan selalu berhati-hati jika suatu saat kita terlempar karna kita berada pada realitas ilusi” ― jack riyan Suatu ketika kita berkumpul di kediaman salah seorang teman, kita sebut saja Sopi. Dan kami dihidangi bebarapa cangkir, yang mana bentuk serta warna dari cangkir tersebut berbeda satu sama lainnya. Kalau dapat saya klasifkasikan ada dua model bentuk cangkir tersebut, lima cangkir terlihat retak-retak dan hampir tak layak pakai. Namun lima lainya memiliki bentuk dan warna yang indah, sepertinya hasil dari ukiran seorang profesional ukir. “Pilihlah cangkir sesuai keinginan kalian dan tuanglah kopi tersebut kedalamnya” ujar si Sopi kepada kita. Kelima teman kami mengambil cangkir indah, sedangkan ketiga teman kami mengambil cangkir yang tersisa. “huuuu,

IMM dan Warna Merah*

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) didirikan pada tanggal 14 Maret 1964 di Kota Yogyakarta, yang diprakarsai oleh Drs. Moh. Djasman al-Kindi, M. Husni Thamrin, Drs. Rosjad Shaleh, Sudibjo Markoes, dll. Sebelumnya, Muhammadiyah sudah mempunyai ortom (organisasi otonom) lain di masing-masing tingkatan. Ada Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di tingkat pelajar, Pemuda Muhammadiyah (PM) ditingkat pemuda putra dan Nasyiatul Aisyiah untuk putri. Alasan tidak dibentuknya ortom ditingkat mahasiswa saat itu dikarenakan Muhammadiyah belum mempunyai Perguruan Tinggi yang mampu menjadi wadah bagi arah gerak mahasiswa. Sedangkan Perguruan Tinggi Muhammadiyah baru didirikan pada tahun 1955. Selain itu, banyak diantara anggota Muhammadiyah yang sudah nyaman berada di HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), yang memang mempunyai beberapa kesamaan ideologi dengan Muhammadiyah. Seiring berjalannya waktu, dan semakin berkembangnya Perguruan Tinggi Muhammadiyah, keinginan untuk mendirikan ortom di tingkat mahasi