Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Patriotisme*

Oleh: Ahmad Syafii Maarif Menurut Wikipedia , patriotisme sebagai kata benda abstrak baru muncul di Eropa awal abad ke-18. Hulu konsep patriotisme bisa dilacak kepada bahasa Latin abad ke-6 patriota atau bahasa Yunani kuno patriotes yang bermakna warga senegeri atau sebangsa. Maka patriotisme tidak lain keterikatan kultural kepada sebuah tanah air atau pengabdian kepada sebuah negeri dengan penuh cinta. Jika nasionalisme merupakan sebuah konsep atau ideologi politik radikal yang bertujuan untuk mengubah keadaan suatu bangsa kepada sesuatu yang dibayangkan lebih baik, maka patriotisme lebih bersifat konsep kultural, tetapi tidak bisa dipisahkan dengan nasionalisme. Seorang nasionalis pastilah seorang patriot, tetapi seorang patriot belum tentu seorang nasionalis. Di kalangan kaum nasionalis Muslim Indonesia, telah lama dikenal diktum hubbu 'l-watan min al-iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman), sebagaimana pernah saya dengar dari almarhum Roeslan Abdoelgani.

"REFLEKSI ORGAN"

aku tak mengerti apa semua ini salah ku salah kita atau salah oknum. yang pasti biarkan merpati terbang mangitari apa yang ia inginkan. menilik keindahan dan kekacauan yang ada. berkicau menjadi pengkritis semata. layaknya para-para pengamat negara. aku harap ini menjadi refleksi kita bersama, prinsip kita membangun atau memiliki, atau menjadi. aku tak mau menjadi hewan, tak mau pula menjadi tumbuhan, apa lagi menjadi Tuhan. aku tetap manusia, manusia dengan segala kesalahan. organ yang selama ini di pijaki manusia, larinya mau kemana, tergantung kaki-kaki yang menyeretnya. IMM UY yang selama ini aku kenal seperti kehilangan jati dirinya. aku tau diriku yang menyebabkannya, aku berusaha mencari desauan yang ada pada bibir-bibir manis kalian. mencari makna, ternyata sama. aku merasakan apa yang kalian rasakan. aku tak tau harus bagaimana? karena pertanyaan bagaimana ranahnya pada epistemologi, dan menyangkut antara benar dan salah. berarti aku yang salah, peng

Ahmad Dahlan Menangis" (Tanggapan terhadap Tulisan Abdul Munir Mulkhan)

Suara Muhammadiyah, [Senin, 20 Pebruari 2006] Oleh: Farid Setiawan Membaca tulisan Abdul Munir Mulkhan (Pak Munir) di majalah Suara Muhammadiyah dengan judul "Sendang Ayu; Pergulatan Muhammadiyah di Kaki Bukit Barisan (edisi SM. No. 0l/th ke 91 Januari 2006) menarik untuk dicermati. Dalam tulisannya, Pak Munir, memberi gambaran tentang sebuah kondisi pergulatan Muhammadiyah di suatu dusun yang bernama Sendang Ayu, daerah Purwodadi, Lampung Tengah. Dimana, di daerah itu mulai masuk para " mubaligh tamu " dengan membawa pesan terhadap salah satu partai politik tertentu. Pesan-pesan itu disampaikan para mubaligh tersebut melalui media pengajian rutin. Sebagai salah satu basis utama cabang Muhammadiyah Purwodadi sesuai perjalanan waktu mulai mengalami pergeseran dan bahkan pembelotan terhadap ideologi Muhammadiyah. Uraian yang disampaikan oleh Pak Munir tersebut merupakan suatu fenomena yang secara tidak langsung telah menampar wajah para pemegang kendali

Kemanakah 24 Jam itu ?

Dalam sehari-semalam, semua makhluk Tuhan yang bernyawa diberikan jatah waktu 24 jam. Tak peduli dia punya banyak pekerjaan. Atau justru pengangguran. Tak beda ia seorang presiden yang  super sibuk mengurus ratusan juta rakyatnya. Atau pemalas yang asik tidur menggenapi mimpi-mimpinya. Atau ia sedang bersenang hati tak bertepi. Atau bersedih pilu tak terhingga. Atau bugar dan sehat fisik dan batin. Atau terbaring lemah tak berdaya di ranjang sempit. Tuhan samakan semua waktu mereka. Untuk manusia, hewan, tumbuhan, dan siapa saja. Semua mendapat jatah waktu yang sama. Namun kemudian kualitas pribadi mereka berbeda. Jauh berbeda kadarnya. Dengan 24 jam waktu yang Tuhan sediakan, produktifitas mereka bervariasi. Ada yang dengan 24 jam waktu, digunakan untuk melakukan banyak aktifitas positif. Namun tak sedikit seseorang yang tak mampu menyelesaikan satu pekerjaan apapun. Ada yang dalam waktu demikian seseorang telah memberikan manfaat untuk banyak makhluk Tuhan. Di sudut yang berbeda

Kesenjangan Antara Cinta Dan Fakta

Ini bukan mengenai api dan air, bukan tikus dan kucing, yang selalu berkontroversi. bukan panas dan dingin, dan bukan pula baik dan buruk, yang Selalu tak dapat bersatu. Apakah semua ini kesenjangan yang tak dapat di sintetiskan. Selalu kegelapan (meminjam istilah filsafat iluminatif) menjadi dominasi cahaya. Padahal cahaya mampu menjadikan kegelapan menjadi tiada. Plato berkata “sesungguhnya kegelapan (keburukan) tidak ada.” Kamu dan aku apakah seperti kegelapan dan cahaya, manakah kegelapan dan manakah cahaya? itu tak penting bagiku. Yang pasti adalah bagaimana cahaya dalam hati menjadi penerang kegelapan egoisitas cinta dalam kehidupan. Bukan “aku” itu “aku” dan “kamu” itu “kamu”, tapi aku adalah kamu dan kamu adalah aku, bak perkataan Jalaludin Rumi “aku, kamu, alam, dan semua adalah satu.” Pada akhirnya akau tak tau, apakah kegelapan akan mengarungi hati selamanya sampai yang ada ini berpindah di alam lainnya. Yang pasti aku merenung merefleksikan d

Seikat Kata untuk Pahlawan Bangsa

Ketika kau berjuang dengan nurani seputih salju Dihinggapi keyakinan dan semangat membara Kau serahkan semua, tidak martabat Kau relakan aliran darahmu menganak sungai, bukan air mata Kau abaikan anak istrimu tercinta, jangan rakyat Kau wakafkan hidupmu di jalan mulia penuh duri, bukan bangsa Tanpa fatamorgana dunia kemewahan yang kau kecup Bahkan tanpa seucap kata terima kasih, tanpa balas jasa Darahmu tumpah di Tanah Pusaka Jiwamu mengawal tegaknya IndonesiA Engkau pahlawanku, engkau kusuma negaraku! Kini.... Perjuangan  sucimu selesai sudah Bangsa ini telah mengecap manisnya merdeka Penjajah itu lekas meninggalkan bumi pertiwi Namun... Andai hari ini engkau masih disini Akan kau saksikan penjajah itu tak lagi memanggul meriam Penjajah itu tak lagi berlagak sangar penuh dendam Penjajah itu telah berganti warna yang bermuka manis Penjajah itu berseliweran bebas di gedung-gedung bertingkat Penjajah itu berjas rapi dan dasi bekantong tebal dengan rupiah yang berlipat Adalah... Mereka y

Writing Competition "Aksi untuk Indonesia"

Salam Sobat lazismu! Bagi kamu yang sering membayar zakat, tentu tahu dong tentang Lazismu? Lazismu adalah lembaga nirlaba tingkat nasional yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan serta instansi lainnya. Lewat artikel pengumuman kali ini, kami ingin memberitahukan bahwa ada kabar seru dari Lazismu. Bersama Kompasiana, Lazismu mengadakan Writing Competition dengan tema “Aksi untuk Indonesia“. Dengan semangat memberi untuk negeri, Kamu diajak untuk membuat proposal kegiatan atau program untuk Indonesia yang ditulis dalam bentuk narasi. Proposal yang diajukan harus berisi rangkaian atau rencana kegiatan/program yang ingin kamu buat yang sesuai dengan tema lomba. Proposal yang diajukan dapat berupa rencana kegiatan baru atau pengembangan kegiatan yang sudah kamu lakukan. Seru dan bermanfaat

Membangun Kesadaran Ber-Muhammadiyah

 Oleh Fauzi Ishlah Saya mendapatkan amanat dari rekan-rekan IMM komisariat Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga untuk mempresentasikan kurang lebih seperti judul di atas. Menurut saya pribadi tema ini “susah-susah gampang”, karena berbicara masalah kesadaran itu susah untuk di ukur secara kasat mata. Menilai apa yang menjadi dorongan satu atau banyak warga Muhammadiyah itu pasti banyak mengalami kendala dan kesulitan, karena menilai apa yang berada dalam hati dan pikiran mereka. Gampang, karena saya dan rekan-rekan sekalian berada dalam satu emosi atau perasaan di organisasi ini dengan banyak melihat fenomena-fenomena terjadi di tubuh persyarikatan kita ini, seolah-olah kita punya satu ikatan untuk merasakan secara keseluruhan. Tetapi saya tidak akan banyak mengeksplor banyak pada poin kedua, karena hanya akan berhenti pada praduga-praduga belum tentu benar, tanpa ada bukti pasti.   Saya sarankan kepada rekan-rekan IMM jangan berhenti pada buku-buku pokok Muhammadiyah seperti anggaran

Muhammadiyah vs Wahhabiyah

Ada satu pertanyaan yang sering diajukan untuk warga Muhammadiyah, benarkah Gerakan Salafi-Wahabi itu sama dengan Muhammadiyah? Jika jawabannya berbeda, lalu bukankah kedua gerakan ini sama-sama mengusung ide pembaharuan (purifikasi) Islam? Jika jawabannya sama, lalu bukankah Muhammadiyah berbeda dengan mayoritas gerakan pembaharuan lainnya di seluruh dunia dan bahkan dalam ranah tertentu dianggap sesat oleh Salafi-Wahabi itu sendiri? Jawabannya akan sangat beragam mengingat Muhammadiyah sendiri sedemikian kompleks. Banyak pra-pemahaman yang berseliweran di tengah publik, dan umumnya menganggap bahwa Muhammadiyah itu sama dengan Salafi-Wahabi. Padahal, jika mau ditelisik lebih jauh, Muhammadiyah merupakan organisasi yang memiliki kekhasan tersendiri. Tidak bisa disamakan dengan gerakan pembaharuan di Mesir, Pakistan, dan Arab Saudi. Tidak bisa disamakan dengan gerakan tarbiyah PKS. Berbeda dengan gerakan khilafah HTI. Berbeda dengan gerakan kebudayaan NU. Berbeda dengan gerakan

BEBERAPA CATATAN TENTANG PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH*

Oleh: Prof. Dr. Imam Suprayogo 1. Sebelum menyampaikan pandangan saya tentang pendidikan Muhammadiyah, maka ada baiknya saya akan memperjelas posisi saya saat ini. Tidak kurang dari 20 tahun, saya turut ambil bagian dalam mengembangkan lembaga pendidikan di lingkungan Muhammadiyah. Sejak tahun 1976, saya menjadi dosen di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Tidak lama kemudian, diangkat sebagai Pembantu Dekan, dilanjutkan sebagai Dekan FISIP. Setelah itu, selama 13 tahun (1983-1996) menjabat sebagai Pembantu Rektor I di kampus tersebut. Selain itu, selama dua periode (10 tahun) mendapatkan amanah sebagai ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah Kabupaten Malang. Saya juga tercatat sebagai pengurus Majelis Pendidikan Tinggi PP Muhammadiyah. Saat ini, sudah lebih dari 10 tahun saya absen mengurus lembaga pendidikan Muhammadiyah. Namun, selama tidak ikut aktif mengurus pendidikan Muhammadiyah, rasanya tidak m