Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Jadilah Minoritas Berkualitas

Rintik riuh dan gerimis. Sisa hujan hari ini (27/11) tidak menghalangi niatan kami untuk bersilaturahim ke rumah bapak Dr Mutiullah M.Hum (biasa dipanggil Pak Muti'). Beliau adalah salah satu alumni kami (PK IMM Ushuluddin ) sekaligus sebagai salah satu dosen kami di Fakultas Ushuluddin. Perjuangan berorganisasinya tidak berhenti sampai di PK IMM, kini beliau menjabat sebagai anggota LPCR PP Muh ammadiyah . Ghiroh ber-Muhammadiyahnya tidak pernah padam dan selalu tersulut , salah satunya karena terinspirasi dari kata-kata berikut : “ Di semua unit peradaban, MINORITAS BERKUALITAS akan menentukan ”   -Buya Syafi'i Maarif- "Jangan pernah malu. Jangan trima dianggap dan atau menganggap sebagai minoritas, tapi anggaplah dan jadilah minoritas berkualitas. Jadilah minoritas berkualitas , " tegasnya berulang kali. Pak Muti' sebagai sosok yang berasal dari M adura, punya cerita tersendiri bagaimana beliau bergabung dengan Muhammadiyah. Banyak orang

IMM CHARITY DAYS: Wujud Trilogi dan Trikompetensi IMM

Kulonprogo—Pembangunan infrastruktur masyarakat Desa Sayam masih minim tersentuh oleh pemerintah. Akses mobilitasnyapun masih sulit untuk dijangkau. Jalanan setapak, naik, turun, bertepi jurang harus dilalui untuk sampai ke desa tersebut. Bantuan dalam bidang perekonomian, pendidikan, akses jalan, maupun spirit keberagamaan sangat dibutuhkan.  Berkaitan dengan latar belakang tersebut, pada Sabtu-Ahad (11-12/11) Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) USHULUDDIN UIN Sunan Kalijaga mengadakan kegiatan IMM Charity Days yang mengusung tema "Kita Berbagi, Maka Kita Ada" . Adapun rangkaian dari kegiatan tersebut meliputi pengajian, bagi santunan, dan pasar murah yang bertempat di komplek Masjid At-taubah, Sayam, Sonyo, Jatimulyo, Girimulyo, Kulon Progo.  Imam Arifin, selaku pengisi pengajian memotivasi masyarakat untuk senantiasa semangat meningkatkan taraf hidup dalam rangka mendekatkan diri dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. 130 paket santun

Menulis untuk Keabadian

Masih rendahnya budaya literasi di kalangan mahasiswa memunculkan kegelisahan tersendiri bagi masa depan pendidikan, khususnya di Indonesia. Sebagai agent of change, mahasiswa dituntut untuk melakukan kerja intelektual secara maksimal. Mahasiswa jangan hanya menjadi pihak yang menerima ilmu, melainkan juga menjadi pihak yang memberikan ilmu. Salah satu caranya adalah dengan menuliskan gagasan-gagasannya. Berangkat dari kegelisahan itulah, Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (PK IMM UY) pada hari Sabtu, 14 Oktober 2017 mengadakan Pelatihan Kepenulisan. Bertindak selaku pemateri ialah Dr. Adib Sofia, S.S., M. Hum selaku Pimpinan Redaksi Suara Aisyiyah. Kegiatan yang dilaksanakan di kediaman pemateri ini dihadiri oleh internal PK IMM UY dan kader baru. Adib Sofia memulai kegiatan ini dengan memberikan suntikan motivasi kepada peserta. “Menulislah untuk keabadian. Keabadian pemikiran,” tegasnya. Adib memberikan contoh ko

MULIA KARENA UCAPAN MULIA

Oleh: Fadhlina 'Afifatul Aarifah Dari mulut lahir kata penuh makna Dari mulut makna akan menjelma menjadi fakta Dari mulut fakta akan menjerat nasib kita Nasib baik? Atau Nasib buruk? Dari mulut terealisasikan sebuah mimpi-mimpi kehidupan Dari mulut hujatan datang mempertanggungjawabkan kata Tergantung abab yang keluar, tergantung kata yang diucapkan So , Think before talk Yuk kita simak kisah inspiratif berikut ! Dikisahkan Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah bepergian untuk suatu keperluan sampai kemalaman di sebuah kampung. Karena tidak ingin merepotkan siapapun, beliaupun mampir ke sebuah masjid kecil untuk shalat sekaligus berniat untuk bermalam disana. Seusai shalat, ia hendak merebahkan tubuh tua nya di masjid kecil tersebut guna melepaskan sedikit kepenatan malam itu . T iba-tiba sang penjaga masjid datang dan melarang beliau tidur di dalamnya. Sang penjaga tidak mengetahui bahwa yang dihadapainya adalah seorang ulama besar. Sementa

SIAPA PENYULUT KONFLIK

Oleh: Sirajudin Bariqi Konflik yang dialamatkan kepada isu-isu SARA seakan tidak ada habisnya, bahkan dapat dibilang terus bertambah. Padahal, manusia dengan potensi akal-budinya sudah semestinya mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam hal pemikiran. Sehingga, meskipun potensi konflik semakin meningkat, ia bisa menganalisis dan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. Sayangnya, kenyataan tidaklah demikian. Hampir setiap jengkal tanah yang menjadi pijakan manusia untuk menghidupi penghidupannya ini mempunyai potensi konflik. Sumbu penyulut api telah disiapkan. Hanya butuh pemicu, dan api permusuhan pun akan segera berkobar. Telah disepakati bahwa realitas kehidupan manusia bersifat plural. Manusia tidak diciptakan dalam satu cetakan yang sama. Mereka yang seagama, senegara bahkan sekeluarga tetap mempunyai perbedaaan; baik dari segi fisik, kebiasaan, pemikiran, dan lain-lain. Adalah sebuah kesalahan jika ada upaya penyamaan dan penyeragaman visi-misi manusia secara keselu

SEMUA AGAMA SAMA

source: kompasiana.com Oleh: Usman al-Mudi Pertama-pertama kita harus menyadari bahwa ada golongan tertentu pemeluk agama yang mengaku bahwa kebenaran hanya berada di dalam agama miliknya dan selain yang bersumber dari kitab sucinya dianggap salah. Hal ini tidak hanya terjadi pada satu agama tertentu, eksklusivitas beberapa golongan dalam sikap beragama diistilahkan dengan truth claim . Hal ini terlihat sangat manusiawi, bahwa setiap orang akan teguh mempertahankan apa yang diyakininya, dipelajarinya, dan proses sungguh-sungguh untuk mendapatkan ilmunya. Ketika seseorang dilahirkan sebagai anak dari seorang pemimpin, maka seiring tumbuh kembangnya ia akan melakukan proses internalisasi nilai-nilai bahwa untuk mendapatkan keberhasilan seperti orangtuanya ia harus melakukan kerja yang sama atau paling tidak, tidak jauh beda, yakni memimpin. Cara lain mungkin saja dilakukan namun hal ini akan berdampak pada kondisi psikologis sang anak, sebab dalam proses internalisasi nilai-ni

BULI (Budaya Literasi) Studi Analisis Filosofis

  Oleh : Joko Riyanto, Cf   A.       Jendela Urgensi Tumbuh Berkembangnya Budaya Literasi Secara etimologis, literasi dalam kamus KBBI diartikan sebagai pemahaman membaca dan menulis. Sedangkan secara terminologis, literasi adalah sebuah aktifitas yang intensif dalam upaya membaca untuk sebuah pemahaman dan mengolah pemahaman kedalam sebuah gagasan dan didistribusikan kedalam sebuah tulisan. Namun pada dasarnya, jika kita menelahaan lebih fundamental sebuah pembacaan dan penulisan tidaklah sesederhana seperti itu. Ada sebuah proses panjang yang perlu disadari bagi setiap individu maupun kelompok dalam hal budaya literasi. Kesadaran yang dimaksud ialah kesadaran kritis atas sebuah pemahaman dari hasil pembacaan dan kepenulisan yang kritis untuk sebuah perubahan. Menulis tidak serta merta hanya bertujuan untuk meraih sebuah popularitas. Sebelum beranjak lebih jauh ke dalam analisis tentang budaya literasi, alangkah lebih baiknya jika kita menilik betapa urg