Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Omong Kosong Akhir Tahun

Dalam hitungan beberapa jam lagi kita akan mengawali tahun yang baru dan secara otomatis akan meninggalkan tahun yang lama dengan segala suka dan duka yang menyertainya. Tulisan ini adalah sebuah refleksi akhir tahun dari kami PK IMM Ushuluddin UIN SUKA Yogyakarta. Tujuannya sederhana, ingin eksis seperti anak muda zaman sekarang. Namun begitu, jangan anggap sepele apa yang sedang kalian baca ini. Tetap ambil sebagai sebuah pelajaran, sebuah refleksi. Itupun kalau ada manfaatnya, semoga saja ada. Sempat terfikir dan berkeinginan untuk kembali mengutip pernyataan dari tokoh filasafat barat, Socrates. Tapi takutnya kami dianggap kurang kreatif, monoton, dan sebagainya. Bagi kalian yang aktif mengikuti perjalanan blog ini pasti sudah tahu, tapi baiklah, terpaksa kami ulang kembali, tapi bukan sebagai topik utama, namun lebih kepada bentuk repetisi dari postingan yang sebelumnya agar kalian tahu, karena mungkin belum semua mengikuti perjalanan kami selama ini. Socrates pernah berkata, “hi

Tegakkan Kebenaran dengan Kebenaran

Manusia mempunyai peluang yang besar untuk bertindak salah, namun bukan berarti manusia selalu salah. Ada sisi dimana manusia akan berjuang dengan sekuat tenaga untuk menegakkan kebenaran, menjadi yang lebih baik. Kebenaran bukanlah suatu hal yang dapat diraih dengan mudah layaknya membalikkan telapak tangan bagi orang yang sehat. Kebenaran ditegakkan melalui proses yang panjang, berliku, pasang-surut, dan terkadang penuh dengan kepedihan. Lantas pertanyaannya, apakah kita harus mengeluh ketika melihat, mengamati dan memahami realita yang ada? Saya rasa jangan. Kita jangan mengeluh, apalagi harus berhenti di tengah jalan. Kenapa demikian? Bukankah Nabi yang kita yakini sebagai Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad Saw. telah memberi contoh kepada kita bahwa kebenaran memang harus ditegakkan dengan perjuangan yang tidak mudah?. Kita tahu, beliau berjuang selama kurang lebih 23 (dua puluh tiga) tahun baik ketika di Makkah maupun di Madinah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-teranga

Jejak Pemikiran Kyai Ahmad Dahlan

Buku                            : Kyai Ahmad Dahlan (Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan) Penulis                          : Abdul Munir Mulkhan Penerbit                        : PT Kompas Media Nusantara, (Jakarta, 2010) Halaman                       : xx + 308 ISBN                            : 978-979-709-497-3 Peresensi                      : Sirajuddin Bariqi Sebagai kader Muhammadiyah, kiranya sangat penting dalam memahami gagasan KH. Ahmad Dahlan serta mengetahui perkembangan keadaan Muhammadiyah selama ini. Asumsinya, jika kita –sebagai penerus perjuangan KH. Ahmad Dahlan- mengerti dan memahami Muhammadiyah secara mendalam, maka selanjutnya akan lebih mudah dalam menggerakkan organisasi ini. Muktamar ke-46 di Yogyakarta pada tahun 2010 merupakan peringatan dan penanda bahwa Muhammadiyah sudah memasuki Abad yang kedua. Organisasi yang diprakarsai oleh KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1912 ini telah melewati beragam masalah dan rintangan. Selain itu, corak serta

Manusia Pembebas

Buku                             : Kitab Pembebasan (Tafsir Progresif atas Kisah-kisah dalam al-Qur’an) Penulis                          : Eko Prasetyo Penerbit                        : Beranda Cetakan/tahun              : 2 (dua)/2016 Jumlah halaman            : 354 ISBN                              : 978-602-74184-0-0 Peresensi                     : Sirajuddin Bariqi Manusia adalah lambang kebebasan, kemerdekaan. Ia mempunyai kehendak untuk taat atau ingkar, mendekat atau menjauh, berserah diri atau memberontak. Berbeda halnya dengan malaikat yang selalu taat, dimanapun, kapanpun, dan dalam kondisi apapun. Juga berbeda dengan iblis, sang pemberontak, pembangkang, lambang kejahatan. Al-Qur’an menyebutkan dalam QS. Al-Baqarah: 30, bahwa Allah hendak menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi. Sebuah tugas sekaligus amanat yang berat. Tetapi manusia menerimanya, amat bodohlah ia. Malaikat sempat mempertanyakan, namun Allah memberi penegasan bahwa ada suatu k

Abrogasi Intra dan Extra Qur'anic

Buku            : Menyoal Status Agama-Agama pra-Islam: Kajian Tafsir Al-Qur`an atas Keabsahan Agama Yahudi dan N asrani setelah Kedatangan Islam. Penulis          : Dr. Sa`dullah Affandy Penerbit         : Mizan Pustaka ISBN : 978-979-433-877-3 Peresensi       : Khoirum Majid Al-Qur`an merupakan kitab suci bagi kaum muslim, ayat-ayatnya menjadi acuan bagi kehidupan. Kandungannya digali dari zaman klasik hingga kontemporer seakan-akan tak pernah habis dan memang begitu adanya. Keindahan bahasa tak diragukan lagi sampai dikatakan oleh Amin Al-Khuli sebagai “kitab sastra yang agung”. Meski begitu, Al-Qur`an bukanlah karya sastra. Al-Qur`an  banyak dikaji sehingga memunculkan banyak gagasan baru, dan menciptakan keilmuan tersendiri. Salah satu  bagian kecil dari keilmuan Al-Qur`an adalah naskh-mansukh / abrogasi. Secara umum naskh-mansukh merupaka kajian Al-Quran yang membahas tentang penghapusan/pembatalan ayat yang dianggap bertentangan. Naskh-mansukh atau sebut saja A

Tragedi kemanusiaan: Holocaust

Holocaust adalah satu tragedi besar yang turut memiliki andil dalam memperluas kajian sejarah peradaban manusia, yang terjadi pada tahun 1933-1945. Genosida sistematis yang dilancarkan oleh partai Nazi terhadap berbagai ras, etnis, dan bangsa sebagai akibat dari tawaran teori geo-politik oleh Karl Haushover (yahudi) dan klaim kekuatan “maha” yang digagas oleh ras Arya, Jerman. Sejarah selalu memiliki kesimpulan antara diterima atau tidak diterima, sebuah kenyataan atau justru dongeng karangan sekelompok orang demi kepentingan tertentu, ia bernilai tepat atau sebaliknya. Sebagai akibat dari berbagai kesimpulan sejarah yang ada, muncul pula satu pemeo “sejarah selalu ditulis oleh mereka yang menang” . Kekuatan apa yang unggul setelah terjadi perckcokan, mereka yang akan menulis sejarah kegemilangannya serta kebobrokan lawannya, mungkin lumrah, mungkin juga salah. Pendapat Pertama mengenai Peristiwa Holocaust Kebesaran seseorang selalu ditopang oleh orang-orang dekat

Pro Kontra Sufisme dalam Tradisi Islam*

Sufi menjadi salah satu fenomena unik serta menarik dalam tradisi Islam. Mereka seolah menjadi pengikut kaum muhajirin yang berdiam diri di serambi masjid pada masa Nabi ( ahl al-Suffah ). Tak bekerja, kehidupan kesehariannya hanya untuk menyembah kepada Allah, Sang Pemilik, Sang Pemberi Rizqi. Pada mulanya, sufi –dalam perkembangan tradisi Islam selanjutnya- muncul dari halaqah-halaqah, dimana berkumpul orang-orang yang “haus akan Allah.”  Halaqah-halaqah tersebut kemudian berubah menjadi sebuah thariqat, yang secara struktural-formal muncul pada abad ke sebelas Masehi. Syaikh Abdul Qadir Jailani yang merupakan penganut Madzhab Hanbali, maha guru di Baghdad, menjadi perintis, thariqat Qadiriyah adalah perwujudannya. Sikap pasrah, frustasi, dan ketidakberdayaan ummat Islam menjadi salah satu faktor mudahnya konsep sufisme diterima khalayak ramai. Pasrah kepada Tuhan, berharap akan adanya pertolongan Tuhan, berkhalwat, menunggu hingga datangnya sang penyelamat ummat, Imam Ma