Tersebutlah sebuah zaman ketika para Kyai dan para ulama disanjung di luar batas kewajaran. Terlepas dari nilai positifnya untuk menghormati ahli ilmu, perilaku itu di segi yang lain telah menyuburkan paham yang tidak patut. Padahal sejak terbitnya cahaya Islam di ufuk timur, Muhammad mengajak manusia untuk menganut prinsip kesamaan kedudukan (egalitariansm), penyamarataan (equalizing), dan kesamaan (levelling). Di saat yang bersamaan, juga menyeru untuk meninggalkan sikap yang sebaliknya, sikap zalim, perbudakan, penghambaan kepada manusia, dan seterusnya.
Di zaman ketika Kyai hanya boleh didatangi, ketika kyai hanya ditunggu, ketika kyai harus diperlakukan semulia itu, Kyai Ahmad Dahlan menggebrak sakralisasi Kyai. Beliau mendatangi dan mencari santri, begitu menemukan santri, beliau mengajar di tempat itu dengan membentuk majelis taklim.
Kini, apa yang dicontohkan Kyai Ahmad Dahlan diikuti dan menjadi tren baru, majelis taklim menjadi fenomenal dan menjadi gaya baru dalam mendakwahkan ajaran luhur, ajaran untuk membebaskan manusia dari kegelapan.
Kini, apa yang dicontohkan Kyai Ahmad Dahlan diikuti dan menjadi tren baru, majelis taklim menjadi fenomenal dan menjadi gaya baru dalam mendakwahkan ajaran luhur, ajaran untuk membebaskan manusia dari kegelapan.
Komentar
Posting Komentar