Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi otonom Muhammadiyah yang
lahir pada tanggal 14 Maret 1964/29 Syawal 1384 H di Yogyakarta. IMM berusaha
untuk mewujudkan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka
mencapai tujuan Muhammadiyah. Disamping itu, IMM memiliki sebuah Tri Kompetensi
Dasar yaitu Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas.
Kompetensi
Humanitas IMM dapat dipahami sebagai kompetensi hubungan sosial atau memberi kemanfaatan
kepada manusia. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat
untuk manusia. Contoh sederhana penerapan kompetensi IMM adalah menjadi relawan
mengajar gratis, mendirikan taman bacaan, menggalang dana untuk korban bencana,
dan gerakan filantropi lainnya.
Indonesia
termasuk kedalam 10 negara paling dermawan di dunia. Tetapi, angka kemiskinan
dan kesenjangan sosial di Indonesia masih cukup tinggi. Filantropi Islam adalah
salah satu upaya untuk mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial di
Indonesia. Namun, tampaknya dalam penerapan filantropi Islam di Indonesia masih
belum maksimal. Melalui tulisan ini, penulis ingin menyusun ulang peran IMM
dalam penerapan filantropi Islam di Indonesia.
Filantropi
berasal dari bahasa Yunani, yakni philos yang berarti cinta dan antrophos
yang berarti manusia. Dengan kata lain filantropi adalah pembentukan konsep
atau tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia serta nilai kemanusiaan,
sehingga menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain. Gerakan
filantropi ini dapat diwujudkan dengan perilaku dermawan dan kecintaan terhadap
sesama.
Dalam
sejarah Islam, filantropi bukanlah sesuatu hal yang baru. Sejak zaman Nabi
Muhammad Saw, filantropi Islam tercipta dalam bentuk zakat, infak, sedekah,
wakaf, dan derma-derma lainnya. Melalui ajaran Islam, filantropi dapat
dikatakan sebagai perbuatan yang sangat mulia, perbuatan yang mengunndang
keberkahan, bentuk ketakwaan seorang muslim, mendapatkan rahmat serta
pertolongan dari Allah, dan perbuatan yang akan menyelamatkan kehidupan
masyarakat luas.
Dilansir
dari Chairties Aid Fondation (CAF) World Giving Index belum lama ini merilis
daftar negara-negara paling dermawan di dunia. Dari survei tersebut, Indonesia
termasuk ke dalam 10 negara paling dermawan di dunia. Sebelumnya, Indonesia
pernah berada diurutan pertama negara paling dermawan di dunia tahun 2018 lalu.
Hal tersebut didasarkan dari beberapa survei yang dilakukan, yakni membantu
orang asing, menyumbangkan uang ke lembaga amal, dan mengikuti kegiatan amal
secara sukarela.
Bentuk nyata dari aksi filantropi Islam di
Indonesia, dapat kita lihat dengan jelas. Bulan suci Ramadhan merupakan bulan
yang penuh rahmat dan kasih sayang. Saat bulan Ramadhan, memberi makanan kepada
orang yang berpuasa adalah hal yang biasa terjadi di sekitar kita. Misalnya, di
masjid kita sering mengadakan pengajian berbuka puasa bersama. Kemudian ada
yang sukarela untuk menjadi donatur konsumsi pengajian berbuka puasa bersama
tersebut. Tidak hanya itu, biasanya di beberapa kalangan seperti organisasi,
aktivis dan mahasiswa juga ada yang membagikan takjil gratis di jalan-jalan.
Selain
itu, wujud dari filantropi Islam dapat kita temui dalam beberapa aksi yang
dilakukan oleh DPD IMM DIY di tengah pandemi covid saat ini. Melalui gerakan
Jogja Bangkit yang dilakukan oleh teman-teman DPD IMM DIY diharapkan memberi
solusi konstruktif dalam wujud gerakan filantropi Islam. Gerakan tersebut
menyasar kepada warga yang terdampak pandemi covid, khususnya dalam memenuhi kebutuhan
pangan masyarakat. Dengan demikian, masyarakat mendapatkan keseimbangan antara
kebutuhan pada kesehatan dan kebutuhan pangan.
Pertanyaanya,
kenapa angka kemiskinan dan kesenjangan sosial di Indonesia masih tinggi? Sedangkan
Indonesia masuk ke dalam 10 negara paling dermawan. Ada beberapa faktor yang
melatarbelakangi problem tersebut:
1. Penyaluran
yang dilakukan masih menggunakan cara kuno dan tradisional
2. Rendahnya
managerial pengelola filantropi
3. Penyaluran
dan pengelolaan hanya bersifat konsumtif
Disini
peran Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sangat dibutuhkan untuk memberikan solusi
yang tepat dari masalah tersebut. IMM melalui beberapa penelitian, pengetahuan,
dan keterampilannya mampu memformulasikan lagi penerapan filantropi Islam untuk
kemajuan bangsa dan negara. Berikut merupakan strategi yang dapat menjadi
gagasan dalam mengatasi problem filantropi Islam di Indonesia, menurut hemat
penulis:
Pertama,
penulis ingin menggunakan persyarikatan Muhammadiyah sebagai role model
penerapan filantropi Islam di Indonesia. Selama 1 abad lebih, Muhammadiyah
telah membuktikan pengaruh yang besar, tidak hanya sebagai gerakan dakwah
tetapi juga sebagai gerakan sosial. Upaya praktik gerakan filantropi
Muhammadiyah dapat kita lihat melalui MDMC, MPM, LAZIZMU.
Kedua,
penyaluran dari filantropi Islam tersebut dilakukan secara tidak efektif dan
konvensional. Salah satunya, pemberian filaantropi secara langsung kepada yang
berhak menerimanya tidak melalui badan ataupun lembaga. Sehingga seringkali
kurang tepat sasaran. Muhammadiyah telah memiliki lembaga khusus yang menangani
zakat, infak, sedekah, wakaf yaitu LAZIZMU. Dengan adanya lembaga ini akan
mempermudah pengelolaan dan pendistribusian dana tersebut.
Ketiga,
contoh
rendahnya penanganan filantropi Islam dapat kita lihat dari pengelolaan tanah
wakaf. Seharusnya, tanah wakaf dapat difungsikan semaksimal mungkin, guna
kepentingan umat. IMM bisa turut mengambil peran terhadap masalah tersebut.
Melalui ide-ide yang cemerlang, kader-kader IMM bisa memberikan usul pengelolaan
tanah wakaf yang strategis. Semisal seperti rumah yatim piatu, sekolah,
kegiatan pertanian, dan sebagainya.
Keempat,
selama
ini kita hanya berfokus pada penyaluran yang bersifat konsumtif. Misalnya, kita
membagikan zakat atau sedekah kepada orang miskin. Namun, hal tersebut hanyalah
penyelesaian jangka pendek. Jika zakat atau sedekah telah digunakan untuk
keperluan sehari-hari, selanjutnya langkah apa yang harus dilakukan. Tidak
mungkin hanya mengandalkan zakat atau sedekah saja, maka dari itu perlu upaya
jangka panjang. Bagi seorang yang miskin tetapi masih mampu bekerja, kita
memberikan pelatihan untuk membuka usaha. IMM dapat mengambil peran sebagai relawan
pendamping dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan dengan semangat
gotong-royong dari beberapa elemen masyarakat.
IMM
setidaknya telah memiliki gambaran tentang apa yang akan di lakukan kedepannya.
IMM dapat mengambil inspirasi dari persyarikatan Muhammadiyah dalam hal
penerapan filantropi Islam. Menurut hemat penulis, sebagai generasi yang melek
teknologi dan informasi, kader IMM bisa merancang sebuah plat-form digital
yang digunakan untuk menggalang dana dan berdonasi secara online seperti
Kitabisa.com, gandengtangan, indorelawan, saweria dan sebagainnya. Supaya di
tengah Revolusi Industri 4.0 filantropi Islam tidak tertinggal zaman.
Menurut Hilman Latief selaku ketua LAZIZMU
pusat, dalam konteks Revolusi Industri 4.0, gerakan filantropi Muhammadiyah mau
tidak mau harus memasuki dunia baru, yaitu adopsi yang menyeluruh terhadap
teknologi yang mengatur keuangan. Sehingga filantropi Islam dapat lebih maju,
canggih dan inovatif untuk mendorong masyarakat umum dalam mengkontribusikan
dana zakat dan infak.
Dengan
beberapa cara dalam penanganan masalah filantropi Islam di Indonesia,
diharapkan IMM dapat ikut berkontribusi dalam usaha-usaha pelaksanaan
filantropi Islam, guna mengentaskan kemiskinan dan kesenjangan sosial di
Indonesia. Sehingga, Indonesia akan berpeluang dan berpotensi untuk menjadi
bangsa dan negara yang berkemajuan.
Komentar
Posting Komentar