Part 1
Pagi itu, di hari sabtu semua berjalan seperti biasa.
Kami semua dari kader IMM Komisariat Ushuluddin mengadakan sebuah kegiatan Qurban bersama IMM. Semua panitia sibuk mempersiapkan kebutuhan yang akan dibawa. Banyak sekali kegiatan yang harus dikerjakan dan dipersiapkan. Termasuk aku dan Alvu. Yah, aku Aria salah satu kader IMM disalah satu universitas terkenal di Jogja. Aku dan Alvu mendapat tugas untuk berbelanja kebutuan sandang pangan dan papan. Maka, aku dan Alvu mempersiapkannya segala sesuatunya sedari pagi.
Karena acara terbilang cukup padat, maka segala sesuatunya harus dipersiapkan dengan matang. Namun, hingga sekarang, waktu zuhur pun telah tiba. Kami sudah hampir selesai, hanya saja barang-barangnya belum dimasukkan kedalam mobil. Karena mobil yang akan kami gunakan nanti ialah mobil Fikri.
Aku dan Alvu mengambil air wudhu untuk melaksanakan solat berjama’ah. Baru saja selesai salam kedua dari solat, terdengar suara telpon berdering yang bersumber dari hp ku. Tampak sebuah nomor baru yang tertera dilayar kaca ponsel ku. Tanpa berpikir panjang, aku langsung mengakhiri dering ponsel dan perlahan berkata,
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh..”
“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh.” terdengar dari sebrang sana menjawab salam ku.
“apa benar ini dengan mba Aria.?” tanya suara dari sebrang sana.
“ya, benar saya sendiri. Dengan siapa saya bicara?” tanyaku.
“ini saya mba, pak Heri dari Magelang.”
“ oh, iya pak Heri, ada yang bisa saya bantu?” kebetulan saya kenal dengan orang yang menelpon itu. Dia adalah salah satu donatur yang tadi pagi mentransfer uang untuk dibelikan hewan qurban.
“oh iya mba, ini saya minta hewan qurban saya dijemput. Kalau bisa hari ini ya mba, sebelum pukul 15.00. Karena pukul 16.00 saya mau berangkat mudik ke Surabaya.”
“oh iya pak Heri. Nanti yang akan menjemput teman saya. Nanti saya kirimi kontak temen saya ya pak.” jawabku asal, karena aku di buat speechless oleh bapaknya.
“ok mba. Saya tunggu ya. Terimakasih. Assalamu’alaikum ..”
Belum sempat saya menjawab salam, pak Heri sudah menutup telponnya.
Tutt .. tut… tutt..
Setelah perbincangan dengan pak heri selesai, aku menjadi bingung. Aku menceritakan hal tadi kepada Alvu.
“Al, gimana ya.. tadi bapaknya minta kita untuk menjemput hewan qurban dirumahnya.”tanyaku.
“Alhamdulillah.. bapak yang mana yang menyumbang hewan qurbannya Ar?” tanya Alvu dengan gembira.
“iya ya, Alhamdulillah, pak Heri dari Bantul. Tapi siapa yang mau ngambil kesana? Naik apa juga ?”tanyaku dengan wajah bingung sambil merapikan mukenah yang tadi aku kenakan.
“tenang Aria, kita minta Fikri saja untuk menjemputnya.”balas Alvu.
Aku terdiam, dan berfikir sejenak. Apakah Fikri mau ke Bantul? padahal itu lumayan jauh, sekita 30 menit dari rumahnya. Dia juga barusan saja sampe ke basecamp. Masa iya dia berangkat lagi. Padahal setelah asar nanti, kita juga harus berangkat kelokasi. Sedang pak Heri menunggu sebelum pukul 15.00.
“Aria.!”sahut Alvu.
“ah ?? iya ya.. tapi Al, aku jadi tidak enak hati sama temen-temen. Mereka juga sudah punya tugas masing-masing. Apalagi Fikri, dia baru saja nganter barang-barang ke lokasi qurban.”
“iya sih, aku tau. Tapi kan emanag rumah dia yang lebih dekat ke arah Bantul. Dan dia juga yang bisa bawa mobil. Gapapa Aria, kamu hubungi dia aja sekarang.”balas Alvu.
“iya deh, aku coba dulu.”
Aku mencoba menelpon Fikri. Nada sambungnya bagus, namun tidak ada jawaban. Baru pada panggilan ketiga, terdengar ada respon dari sebrang.
“Hallo Aria, sorry ya tadi aku lagi di kamar mandi.”
“oh iya tidak apa-apa. Mmm… Fikri.!”tanyaku ragu-ragu.
“Gimana? Butuh apalagi .?”tanya Fikri.
“Barusan, ada yang nelpon aku. Dia minta hewan qurbannya di ambil dirumahnya. Maaf ya, aku juga dapat ini mendadak.”jelasku.
“Dimana Aria?”
“Di Bantul.”
“Lah, nggak salah po itu.”Fikri terdengar kaget. Menurutku sih wajar, karena dia baru dari Gunung Kidul yang berlokasi kurang lebih 2 jam dari Jogja.
“Bantul mananya? Siapa orang yang minta?” Fikri melanjutkan pertanyaan.
“Pak Heri.”
“Pak Heri? Ga salah po kamu. Bukannya tadi pagi dia baru konfirmasi sudah transfer uang untuk dibelikan dua ekor kambing? Masa sekarang disuruh ambil kambing lagi.”jelas Fikri. Terdengar dari nada suaranya, ia keheranan.
“aku juga gak tau Fikri, yang jelas bapaknya bilang di jemput sebelum pukul 15.00. karena setelah asar dia mau berangkat mudik ke Surabaya.”
“Walah.. gimana ni. Aku udah sampai dirumah. Ga bisa nanti sekalian berangkat aja po Ar.?”
“Ayolah Fikri. Aku tau kamu lelah. Tapi ini semua kita lakukan untuk pengabdian kita pada masyarakat kita. Toh, cuma kamu yang bisa naik mobil, sedangkan temen-temen yang lain, belum bisa.”
“Bener loh Ar, tadi bapaknya konfirmasi langsung sama aku. Dia udah transfer uangnya buat dibelikan hewan qurban.”jawab Fikri.
“iya Fikri, aku paham. Masa iya aku bohong, coba kamu tanya sama Alvu. Alvu juga denger tadi pak heri bilang begitu. Ia minta di jemput hewan qurbannya.”jelasku
“Ok deh. Aku istirahat sebentar ya, setelah ini aku akan kerumah pak Heri.”
“Alhamdulillah, semoga niat baik mu dibalas berlipat ganda ya Fikri. Semangaat .. Assalamu’alaykum..”
“Wa’alaikumussalam..”.
Akhirnya Fikri mau juga. Alvu juga merasa ikut senang. Kami sangat bersyukur karena masih ada orang yang ingin berpartisipasi kebaikan kepada sesamanya.
Komentar
Posting Komentar