Oleh: Fadhlina 'Afifatul Aarifah
Dari mulut lahir
kata penuh makna
Dari mulut makna
akan menjelma menjadi fakta
Dari mulut fakta
akan menjerat nasib kita
Nasib baik?
Atau
Nasib buruk?
Dari mulut
terealisasikan sebuah mimpi-mimpi kehidupan
Dari mulut hujatan
datang mempertanggungjawabkan kata
Tergantung abab
yang keluar, tergantung kata yang diucapkan
So, Think before talk
Yuk kita simak
kisah inspiratif berikut!
Dikisahkan Imam
Ahmad bin Hanbal rahimahullah bepergian untuk suatu keperluan sampai kemalaman
di sebuah kampung. Karena tidak ingin merepotkan siapapun, beliaupun mampir ke
sebuah masjid kecil untuk shalat sekaligus berniat untuk bermalam disana. Seusai shalat, ia hendak
merebahkan tubuh tuanya di
masjid kecil tersebut guna melepaskan sedikit kepenatan malam itu. Tiba-tiba sang penjaga masjid datang dan melarang beliau tidur di
dalamnya.
Sang penjaga tidak
mengetahui bahwa yang dihadapainya adalah seorang ulama besar. Sementara Imam
Ahmad juga tidak ingin memperkenalkan diri kepadanya. Beliau langsung keluar
dan berpindah ke teras masjid dengan niat beristirahat di luar masjid itu.
Namun sang penjaga tetap saja mengusir beliau secara kasar dan bahkan sampai
menarik beliau ke jalanan.
Tepat saat Imam
Ahmad sedang kebingungan di jalan itu, melintaslah seseorang yang ternyata
berprofesi sebagai pembuat dan penjual roti. Akhirnya dia menawari dan mengajak
beliau untuk menginap di tempatnya, juga tanpa tahu bahwa tamunya ini adalah
Imam Ahmad bin Hanbal.
Ketika sampai di
rumahnya, sang lelaki baik hati itupun segera mempersiapkan tempat bermalam
untuk Imam Ahmad dan mempersilahkan beliau agar langsung istirahat. Sedangkan
dia sendiri justru mulai bekerja dengan menyiapkan bahan-bahan pembuatan roti
yang akan dijualnya esok hari.
Ternyata Imam
Ahmad tidak langsung tidur, melainkan malah memperhatikan segala gerak gerik
sang pembuat roti yang menjamu beliau. Dan ada satu hal yang paling menarik
perhatian beliau dari lelaki ini. Yakni ucapan dzikir dan doa istighfar yang
terus meluncur dari mulutnya tanpa putus sejak awal ia mulai mengerjakan adonan
rotinya.
Imam Ahmad merasa
penasaran lalu bertanya, “Sejak kapan Anda selalu beristighfar tanpa henti
seperti ini?”
Ia menjawab,
“Sejak lama sekali. Ini sudah menjadi kebiasaan rutin saya, hampir dalam segala
kondisi.”
Sang Imam
melanjutkan pertanyaannya,
“Lalu apakah Anda bisa merasakan adanya hasil dan manfaat tertentu dari
kebiasaan istighfar Anda ini?”
“Ya, tentu saja,”
jawab sang tukang roti dengan cepat dan penuh keyakinan.
“Apa itu, kalau
boleh tahu?,” tanya Imam Ahmad lagi.
Ia pun
menjelaskan, “Sejak merutinkan bacaan doa istighfar ini, saya merasa tidak ada
satu doapun yang saya panjatkan, melainkan selalu Allah kabulkan, kecuali satu
doa saja yang masih belum terkabul sampai detik ini?”
Sang Imam semakin
penasaran dan bertanya, “Apa gerangan doa yang satu itu?”
Si lelaki saleh
ini pun melanjutkan jawabannya dan berkata, “Sudah cukup lama saya selalu
berdoa memohon kepada Allah untuk bisa dipertemukan dengan seorang ulama besar
yang sangat saya cintai dan agungkan. Beliau adalah Imam Ahmad bin Hanbal!”
Mendengar jawaban
dan penjelasan terakhir ini, Imam Ahmad terhenyak dan langsung bangkit serta
bertakbir, “Allahu Akbar! Ketahuilah wahai Saudaraku bahwa, Allah telah
mengabulkan doamu!
Sang pembuat roti
kaget dan penasaran, “Apa kata bapak? Doaku telah dikabulkan? Bagaimana
caranya? Dimana saya bisa menemui Sang Imam panutan saya itu?”
Selanjutnya Imam
Ahmad menjawab dengan tenang, “Ya. Benar, Allah telah mengabulkan doamu.
Ternyata semua yang aku alami hari ini, mulai dari kemalaman di kampung ini,
diusir sang penjaga masjid, bertemu dengan Anda di jalanan, sampai menginap di
rumah ini, rupanya itu semua hanya merupakan cara Allah untuk mengabulkan doa
hamba-Nya yang saleh. Ya, orang yang sangat ingin kamu temui selama ini telah
ada di rumahmu, dan bahkan di depanmu sekarang. Ketahuilah wahai lelaki saleh,
aku adalah Ahmad bin Hanbal…!”
Subhanallah, Allah
SWT akan mengabulkan doa hamba-Nya yang senantiasa membaca istighfar.
Allah
berfirman,”Maka aku katakan kepada mereka:”Mohonlah ampun (istighfar) kepada
Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu
sungai-sungai.” (QS.Nuh: 10-12).
Dari Ibnu Abbas r.
a Rasulullah SAW Bersabda :”Siapa yang selalu beristighfar (meminta ampun
kepada Allah), niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan bagi setiap
kesempitan, kesenangan bagi setiap kesedihan dan memberi rezeki tanpa diduga
olehnya. (HR. Abu Daud)
Jika kata tak lagi
bermakna, lebih baik diam saja. Tapi Istighfar boleh saja menjadi pilihan kata
dalam diam. Hanya dengan mengucapkannya Allah menjamin dan mengabulkan banyak
hal. Mari ucapkan kata-kata yang mulia penuh makna. Karena dari kata-kata
mulia, lahir banyak kemuliaan. Kemuliaan makna, kemuliaan fakta, kemuliaan
nasib kita.
Komentar
Posting Komentar