Langsung ke konten utama

Tegakkan Kebenaran dengan Kebenaran

Manusia mempunyai peluang yang besar untuk bertindak salah, namun bukan berarti manusia selalu salah. Ada sisi dimana manusia akan berjuang dengan sekuat tenaga untuk menegakkan kebenaran, menjadi yang lebih baik.
Kebenaran bukanlah suatu hal yang dapat diraih dengan mudah layaknya membalikkan telapak tangan bagi orang yang sehat. Kebenaran ditegakkan melalui proses yang panjang, berliku, pasang-surut, dan terkadang penuh dengan kepedihan.
Lantas pertanyaannya, apakah kita harus mengeluh ketika melihat, mengamati dan memahami realita yang ada? Saya rasa jangan. Kita jangan mengeluh, apalagi harus berhenti di tengah jalan. Kenapa demikian? Bukankah Nabi yang kita yakini sebagai Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad Saw. telah memberi contoh kepada kita bahwa kebenaran memang harus ditegakkan dengan perjuangan yang tidak mudah?. Kita tahu, beliau berjuang selama kurang lebih 23 (dua puluh tiga) tahun baik ketika di Makkah maupun di Madinah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.
Jika Nabi berjuang dalam kurun waktu kurang lebih 23 tahun, lantas sudah berapa tahun kita berjuang? Kalau sekiranya dibawah kurun waktu 23 tahun, kenapa sebagian kita sering mengeluh? Dan sekiranya perjuangan yang telah kita lakukan telah lebih dari 23 tahun, benarkah tujuan kita selama masa itu benar- benar murni untuk menegakkan agama Ilahi?
Benar memang, perjuangan kita tidak bisa diibaratkan dengan perjuangan Nabi. Tetapi setidaknya, penderitaan yang dihadapi dengan kesabaran secara sadar tersebut layak kita jadikan sebagai modal untuk tetap bertahan ketika dalam perjalanannya kita mengalami degradasi semangat juang.
Ingatlah selalu perjuangan Nabi. Teguhkan dalam hati bahwa pertolongan Tuhan akan selalu menyertai. Teruslah berjuang. Bangkit melawan, karena mundur adalah penghianatan. Teruslah bertahan. Tegakkan kebenaran dengan kebenaran, bukan pembodohan dan kemunafikan. (Siraj)
#ditulis di sela-sela kegiatan PM3 pada tanggal 24-12-'16 pukul 10.52 di BPKB Sorowajan Baru, Banguntapan, Yogyakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjaga Keturunan Sebagai Upaya Perlindungan (Hifdzu Nasl)

Oleh: Immawan Muhammad Asro Al Aziz Keturunan ( nasl ) merupakan serangkaian karakteristik seseorang yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki seseorang dari orang tua melalui gen-gen. Keturunan juga merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan individu. Perhatian Islam terhadap keturunan dapat dilihat dari sejarahnya yang membuktikan bahwa merupakan hal yang sangat penting dalam, sehingga terdapat beberapa ayat al-Qur’an yang secara spesifik berbicara tentang penjagaan keturunan. Misalnya pada QS. al-Ahzab: 4-5 yang memberi tuntunan tentang proses pemberian nasab terhadap anak kandung dan anak angkat. Karena, perhatian terhadap keturunan juga berimplikasi terhadap hak pemberian nafkah, pewarisan harta, pengharaman nikah, dan lain-lain. Islam memberikan perhatian yang besar terhadap keturunan untuk mengukuhkan aturan dalam keluarga yang bertujuan untuk mengayominya melalui perbaikan serta menjamin kehidupannya

Implementasi Strategi Inovasi Produk Perspektif Al-Qur'an

A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk individual juga sebagai makhluk ekonomi. Banyak kebutuhan yang di perlukan oleh setiap manusia menjadikan ekonomi sebagai suatu ilmu untuk memenuhi keberlangsungan hidup seseorang. Hal bisa itu terjadi karena perubahan lingkungan yang fundamental merupakan daya dorong (driving forces) perubahan perekonomian dan bisnis. Perubahan dalam semua aspek kehidupan harus direspons sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kemanfaatan bisnis. Di sisi lain, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan perusahaan beroperasi di tingkat lokal, regional dan global, tanpa harus membangun system bisnis di tempat perusahaan tersebut beroperasi. Proses informasi dan komunikasi memperluas kemungkinan operasi jaringan perusahaan.  Disebutkan bahwa Koperasi di Jawa Tengah mengalami perkembangan jumlah koperasi aktif 22.674 (81,37%), tetapi tidak disertai dengan berkurangnya jumlah koperasi tidak aktif di Jawa Tengah dengan jumlah 5.19

Strategi Dakwah Ala Rasulullah

Oleh: Immawati Afifatur Rasyidah Islam merupakan agama perdamaian yang dianugrahkan oleh Allah swt dan perlu dijaga eksistensinya. Sebagai kader umat dan pewaris tampuk pimpinan umat kelak, sejatinya dewasa ini para generasi muda dilatih agar dapat menghadapi tantangan dan menjaga agama Islam ini. Berbagai kontroversi terjadi, agama dimonsterisasi, ulama didiskriminalisasi, umat dicurigai, dakwah dianggap provokasi, bahkan kebaikan pun dianggap radikalisasi. Salah satu   maqashidu syariah dalam agama Islam ialah hifdzu al-din (menjaga agama). Penjagaan terhadap agama dapat diimplementasikan dengan berbagai hal, salah satunya adalah dengan dakwah. Penyebaran dakwah tentu tak terlepas dengan metode atau manhaj atau thariqah. At-Thariqat Ahammu Min Al-Maddah, metode itu jauh lebih penting daripada materi. Ia merupakan sebuah seni (estetika) dalam proses penyampaian dakwah. Secara leksikal, metode ialah the way of doing. Sebaik-baik kualitas materi yang disampaikan dalam pembelajaran