Buku : Kyai Ahmad Dahlan
(Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan)
Penulis : Abdul Munir Mulkhan
Penerbit : PT Kompas Media
Nusantara, (Jakarta, 2010)
Halaman : xx + 308
ISBN : 978-979-709-497-3
Peresensi : Sirajuddin Bariqi
Sebagai kader Muhammadiyah,
kiranya sangat penting dalam memahami gagasan KH. Ahmad Dahlan serta mengetahui
perkembangan keadaan Muhammadiyah selama ini. Asumsinya, jika kita –sebagai
penerus perjuangan KH. Ahmad Dahlan- mengerti dan memahami Muhammadiyah secara
mendalam, maka selanjutnya akan lebih mudah dalam menggerakkan organisasi ini.
Muktamar ke-46 di Yogyakarta pada
tahun 2010 merupakan peringatan dan penanda bahwa Muhammadiyah sudah memasuki
Abad yang kedua. Organisasi yang diprakarsai oleh KH. Ahmad Dahlan pada tahun
1912 ini telah melewati beragam masalah dan rintangan. Selain itu, corak serta
arah gerak Muhammadiyah selama satu abad juga seringkali mengalami perubahan
yang kentara. Dalam buku ini, Penulis mengemukakan adanya fase-fase perkembangan
Muhammadiyah menjelang satu Abad keberadaannya. Fase pertama adalah fase
Kreatif-Inklusif. Fase kedua adalah fase Ideologis. Ketiga revitalisasi Etos
Pembaruan. Dan Keempat fase Romantisme Puritanisme.
Fase-fase tersebut meniscayakan
bahwa Muhammadiyah selama perkembangannya terkadang berada dalam zona yang
sesuai dengan tujuan dan ciri khas Muhammadiyah yang didirikan KH. Ahmad Dahlan
dan terkadang pula menjauh. Gagasan dari KH. Ahmad Dahlan seringkali hanya
dipahami dari aspek luarnya. Tak jarang juga hanya sekedar repetisi tanpa
menyentuh core gagasan pendiri. Kejadian ini menjadikan Muhammadiyah
sering terombang-ambing dan tidak konsisten ketika dimasuki oleh ideologi dan
paham baru, terlebih bagi mereka yang berada di zona akar rumput.
Buku yang ditulis oleh Abdul
Munir Mulkhan ini mengungkap berbagai gagasan KH. Ahmad Dahlan dalam mendirikan
Muhammadiyah. Juga menyebutkan dan menjelaskan kecenderungan yang terjadi
selama ini dalam kehidupan beragama dan berbangsa. Ditulisnya buku ini
merupakan sebuah refleksi dari penulis yang melihat adanya banyak perbedaan
tujuan dan maksud pembaruan antara KH. Ahmad Dahlan dan Penerusnya.
Komentar
Posting Komentar