Langsung ke konten utama

Omong Kosong Akhir Tahun

Dalam hitungan beberapa jam lagi kita akan mengawali tahun yang baru dan secara otomatis akan meninggalkan tahun yang lama dengan segala suka dan duka yang menyertainya. Tulisan ini adalah sebuah refleksi akhir tahun dari kami PK IMM Ushuluddin UIN SUKA Yogyakarta. Tujuannya sederhana, ingin eksis seperti anak muda zaman sekarang. Namun begitu, jangan anggap sepele apa yang sedang kalian baca ini. Tetap ambil sebagai sebuah pelajaran, sebuah refleksi. Itupun kalau ada manfaatnya, semoga saja ada.
Sempat terfikir dan berkeinginan untuk kembali mengutip pernyataan dari tokoh filasafat barat, Socrates. Tapi takutnya kami dianggap kurang kreatif, monoton, dan sebagainya. Bagi kalian yang aktif mengikuti perjalanan blog ini pasti sudah tahu, tapi baiklah, terpaksa kami ulang kembali, tapi bukan sebagai topik utama, namun lebih kepada bentuk repetisi dari postingan yang sebelumnya agar kalian tahu, karena mungkin belum semua mengikuti perjalanan kami selama ini. Socrates pernah berkata, “hidup yang tidak direfleksikan, tidak layak untuk dijalani.” Iya, begitulah pernyataan Socrates, dan kami anggap semua sudah paham.
Pada kesempatan kali ini, kami ingin mengangkat sebuah “ungkapan” yang kami yakin sudah tidak asing lagi bagi ummat Islam. Ungkapan ini pula yang kemarin diangkat oleh mantan ketua umum PP Muhammadiyah, Din Syamsyuddin, ketika mengisi Tabligh Akbar di Masjid Islamic Center UAD pada tanggal 26 Desember 2016.
 “Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, maka dia termasuk orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama (dengan kemarin), maka dia telah lalai (merugi). Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin, maka dia terlaknat (binasa)”
Mungkin ada yang bertanya, kenapa disebut “ungkapan”, dan bukan hadits?. Maka kami jawab, mayoritas ulama menganggap bahwa “ungkapan” tersebut bukanlah hadits, kalaupun hadits, derajatnya bisa lemah, atau palsu. Alasannya, keadaan iman bisa bertambah dan berkurang. Maka jika “ungkapan” tersebut adalah hadits, maka secara tidak langsung, keimanan seseorang pastilah selalu bertambah. Kalau sekiranya diantara pembaca ada yang bisa membuktikan kalau “ungkapan” diatas adalah hadits, dan derajatnya shahih atau hasan, maka bisa dipaparkan di kolom komentar beserta hasil penelitiannya.
Terlepas dari kualitas “ungkapan” tersebut, kami hanya ingin menjadikannya sebagai sebuah refleksi, seperti halnya apa yang sudah kami tekankan di awal. Karena bagi kami, setiap hari (dalam konteks saat ini berarti setiap tahun) sangatlah berharga. Maka sebaiknya diusahakan agar semakin tahun semakin bermanfaat hidup kita, bukan malah semakin kacau.
Waktu adalah pedang. Waktu adalah uang. Mayoritas kita pasti tahu ungkapan ini, atau mungkin semuanya sudah tahu, semoga saja. Kenapa ada pengibaratan seperti itu?, karena waktu sangatlah berharga. Ia tidak bisa terulang, terus berjalan.
Dalam kitab suci kita, al-Qur’an, Allah Swt. sering bersumpah menggunakan waktu. demi waktu malam, demi waktu ‘ashar, demi waktu dhuha, dan lain sebagainya. Ini membuktikan bahwa dalam Islam, dan bahkan juga agama-agama yang lain, waktu sangat dihargai. Ada yang kurang setuju?
Ini bukan omong kosong, silahkan survey sendiri kalau tidak percaya. Bagi kaum hedonis, materialis, uang dan kehidupan yang megah di dunia adalah segalanya, maka bagi mereka jangan sampai melewatkan setiap kesempatan yang ada. Bagi kaum agamis, dunia hanyalah “halte” untuk menuju kehidupan yang sebenarnya, kehidupan yang abadi. Maka setiap waktu harus bermanfaat, dan digunakan untuk mencari bekal sebanyak-banyaknya. Ada yang bertanya kenapa memakai istilah “halte”? sebelum kalian jawab tidak, akan kami sebutkan dulu alasannya. Bagi kami, apa yang fenomenal akhir-akhir ini sebisa mungkin untuk diangkat ke permukaan. Dan kalian pasti tahu apa yang sedang marak akhir-akhir ini, jadi tidak perlu lagi kami sebutkan. Tidak nyambung? Lupakan!!
Kembali kepada refleksi. Sebagai sesama manusia (ingat!! bahwa kami juga manusia), kami tahu kalau sekiranya kita tidak mungkin bisa terlepas dari yang namanya kesalahan. Tetapi permasalahannya, apa tindakan kita setelah berbuat salah? Hanya diam, termenung tanpa arah dan tujuan? Biasa saja? Tanpa ada rasa bersalah? Atau marah (dalam artian positif)? Marah pada diri sendiri karena telah berbuat salah dan berusaha untuk tidak mengulanginya? Entahlah, kami tidak tahu apa yang sedang kalian rasakan ketika itu? Tapi setidaknya, semoga tetap ada secercah cahaya yang menerangi gelapnya dunia, yang tidak akan membiarkan dunia ini gelap sepenuhnya. Dan kemudian adalah tugas kita supaya bagaimana secercah cahaya tersebut bisa membesar dan menghilangkan gelap yang mencekam.
Tidak perlu serius membacanya, karena kami juga baru sadar, kalau sebenarnya apa yang sudah tertulis sebelumnya berbeda dengan tujuan awal penulisan refleksi akhir tahun ini. Ada sesuatu yang ingin kami sampaikan, dan itu sifatnya bukan mainan. Baiklah, langsung saja ke poin intinya, bukan poin inti tujuan awal, tapi poin inti dari tulisan yang telah kalian baca tadi. Karena ini adalah hari terakhir di tahun 2016, maka buatlah hari ini menjadi hari terbaikmu di tahun ini. Jangan mengeluh dan menganggap ini hanyalah omong kosong, tapi cobalah, seriuslah dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Dan karena besok adalah awal dari tahun 2017, maka buatlah hari pertamamu menjadi hari yang spesial, dan menjadi pendobrak semangatmu untuk mengarungi lika-liku perjalanan tahun 2017 kedepan.
Akhirnya, cukup sampai disini “omong kosong” kita. Kalau masih merasa kurang, bisa ditunggu tahun depan. (anonimf)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjaga Keturunan Sebagai Upaya Perlindungan (Hifdzu Nasl)

Oleh: Immawan Muhammad Asro Al Aziz Keturunan ( nasl ) merupakan serangkaian karakteristik seseorang yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki seseorang dari orang tua melalui gen-gen. Keturunan juga merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan individu. Perhatian Islam terhadap keturunan dapat dilihat dari sejarahnya yang membuktikan bahwa merupakan hal yang sangat penting dalam, sehingga terdapat beberapa ayat al-Qur’an yang secara spesifik berbicara tentang penjagaan keturunan. Misalnya pada QS. al-Ahzab: 4-5 yang memberi tuntunan tentang proses pemberian nasab terhadap anak kandung dan anak angkat. Karena, perhatian terhadap keturunan juga berimplikasi terhadap hak pemberian nafkah, pewarisan harta, pengharaman nikah, dan lain-lain. Islam memberikan perhatian yang besar terhadap keturunan untuk mengukuhkan aturan dalam keluarga yang bertujuan untuk mengayominya melalui perbaikan serta menjamin kehidupannya

Implementasi Strategi Inovasi Produk Perspektif Al-Qur'an

A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk individual juga sebagai makhluk ekonomi. Banyak kebutuhan yang di perlukan oleh setiap manusia menjadikan ekonomi sebagai suatu ilmu untuk memenuhi keberlangsungan hidup seseorang. Hal bisa itu terjadi karena perubahan lingkungan yang fundamental merupakan daya dorong (driving forces) perubahan perekonomian dan bisnis. Perubahan dalam semua aspek kehidupan harus direspons sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kemanfaatan bisnis. Di sisi lain, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan perusahaan beroperasi di tingkat lokal, regional dan global, tanpa harus membangun system bisnis di tempat perusahaan tersebut beroperasi. Proses informasi dan komunikasi memperluas kemungkinan operasi jaringan perusahaan.  Disebutkan bahwa Koperasi di Jawa Tengah mengalami perkembangan jumlah koperasi aktif 22.674 (81,37%), tetapi tidak disertai dengan berkurangnya jumlah koperasi tidak aktif di Jawa Tengah dengan jumlah 5.19

Strategi Dakwah Ala Rasulullah

Oleh: Immawati Afifatur Rasyidah Islam merupakan agama perdamaian yang dianugrahkan oleh Allah swt dan perlu dijaga eksistensinya. Sebagai kader umat dan pewaris tampuk pimpinan umat kelak, sejatinya dewasa ini para generasi muda dilatih agar dapat menghadapi tantangan dan menjaga agama Islam ini. Berbagai kontroversi terjadi, agama dimonsterisasi, ulama didiskriminalisasi, umat dicurigai, dakwah dianggap provokasi, bahkan kebaikan pun dianggap radikalisasi. Salah satu   maqashidu syariah dalam agama Islam ialah hifdzu al-din (menjaga agama). Penjagaan terhadap agama dapat diimplementasikan dengan berbagai hal, salah satunya adalah dengan dakwah. Penyebaran dakwah tentu tak terlepas dengan metode atau manhaj atau thariqah. At-Thariqat Ahammu Min Al-Maddah, metode itu jauh lebih penting daripada materi. Ia merupakan sebuah seni (estetika) dalam proses penyampaian dakwah. Secara leksikal, metode ialah the way of doing. Sebaik-baik kualitas materi yang disampaikan dalam pembelajaran