Sebagai sebuah organisasi keagamaan, Muhammadiyah mempunyai ciri khas gerakan yang harus dipertahankan, sebagai landasan untuk mewujudkan apa yang menjadi tujuannya, yakni terwujudnya tatanan masyarakat Islam yang sebaik-baiknya. Realitanya, sebuah organisasi tidak mungkin bisa mencapai suatu tujuan yang diinginkan hanya dengan sekumpulan orang yang sama dan diwaktu yang sama pula. Perlu adanya kader atau penerus yang siap untuk menjalankan kepemimpinan sekaligus memberi wawasan serta pemikiran-pemikiran baru untuk mewujudkan cita-cita dan mempertahankan keutuhan organisasi, sehingga bisa bertahan melewati berbagai masalah yang dihadapi. Berangkat dari kesadaran tentang pentingnya arti kader bagi persyarikatan, Muhammadiyah membentuk badan atau yang biasa dikenal dengan organisasi otonom (ortom) yang bergerak dalam berbagai macam bidang, baik dalam bidang Keagamaan, Pendidikan, Sosial, Perkaderan, maupun bidang-bidang lain yang dibuat sebagai wadah Persyarikatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dihadapan manusia terlebih dihadapan Tuhan Semesta Alam.
Dalam perjalanannya, terlebih dalam bidang perkaderan, Muhammadiyah bergerak secara cepat dan dinamis, mengetahui arti penting seorang kader bagi persyarikatan. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan salah satu terobosan yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam rangka melakukan kaderisasi di tingkat Mahasiswa, baik di Perguruan Tinggi Muhammadiyah maupun Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta non-Muhammadiyah, setelah di jenjang sebelumnya (SLTP, SLTA) ada Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan di jenjang yang lain ada Pemuda Muhammadiyah. Ortom yang berdiri pada 14 Maret 1994 ini mempunyai slogan Fastabiqul Khairat (maka berlomba-lombalah dalam kebaikan) yang diambil dari QS. Al-Baqarah ayat 148. Dampak dari arti penting slogan tersebut adalah IMM dituntut untuk bergerak lebih dinamis, kritis, dan terampil dibandingkan ortom yang lain dalam mengerjakan kebaikan sehingga mampu membuat perubahan yang signifikan. Sebagaimana yang diketahui, mahasiswa merupakan basis terkuat dalam melakukan perombakan serta pergerakan dalam ranah persyarikatan maupun ranah kenegaraan. Banyak peristiwa sejarah yang membuktikan eksistensi Mahasiswa sebagai agen perubahan, salah satu yang paling diingat oleh masyarakat Indonesia adalah peristiwa pada tahun 1998. Apalagi kita sebagai anggota organisasi keagamaan yang mempunyai panutan terbaik sepanjang masa, yaitu Nabi Muhammad SAW. harusnya mempunyai semangat perjuangan tanpa terlepas dari nilai-nilai keagamaan.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Pada dasarnya, arah gerakan IMM adalah untuk mewujudkan serta meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), maupun sikap (attitude) anggotanya. Pengetahuan dapat diperoleh dari serangkaian kegiatan pembelajaran yang secara nyata mampu meningkatkan kecerdasan dan mengelola informasi yang didapatkan, kegiatan itu bisa berupa membaca, diskusi, maupun kegiatan lain yang bisa meningkatkan pengetahuan. Kaitannya dengan pengetahuan ini, Allah SWT berfirman: “Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9).
Ada pula perkataan dari seorang filosof barat, dercartes. Ia mengatakan bahwa ”aku berpikir, maka aku ada”. Tanpa adanya pemikiran, manusia bisa dikatakan sebagai mayat yang berjalan. Tanpa adanya pemikiran, apa bedanya manusia dengan hewan?. Sedangkan Mel Siberman berkata bahwa “Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit, apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman yang lain, saya mulai paham. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan.” Proses inilah yang ada dalam jiwa organisasi. Cara mudah untuk memperoleh pengetahuan adalah dengan membaca, berdiskusi dengan orang lain akan lebih memberi pemahaman kepada kita, dan dengan mengamalkannya kita akan benar-benar tahu dan paham.
Tujuan selanjutnya adalah untuk meningkatkan keterampilan. Keterampilan merupakan suatu kemampuan yang sudah dimiliki oleh masing-masing individu dari lahir, jadi tidak ada alasan bagi manusia untuk merasa bahwa dirinya tidak mempunyai kelebihan apapun dan tidak ada alasan bagi dirinya untuk merasa iri terhadap kemampuan orang lain. Allah SWT berfirman: “Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lain. Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.” (QS. Al-Isra’: 21).
Dalam organisasi tentu kita mempunyai berbagai macam tipe anggota yang memiliki kesenangan dan keahlian yang berbeda. Ada yang suka olahraga, menulis, melukis, maupun kegiatan yang lainnya. Tugas bagi seorang pemimpin adalah untuk bisa memunculkan dan mengembangkan setiap potensi yang dimiliki anggotanya, sehingga tidak ada kemampuan yang tidak berguna, atau terbuang sia-sia.
Yang terakhir adalah sikap atau tindakan individu dalam menanggapi realita yang terjadi disekelilingnya, atau bisa juga sikap individu dalam berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya. Tidak bisa dikatakan organisasi ketika anggotanya berjalan sendiri-sendiri, tidak bisa menyatukan setiap aspirasi yang ada, tidak bisa dikatakan organisasi ketika hanya mementingkan kepentingan pribadi atau golongan tanpa melihat realita disekitarnya. Padahal disekitarnya banyak masalah yang perlu diselesaikan, baik masalah kemiskinan, pengangguran, maupun masalah ketidak-adilan dalam kehidupan bermasyarakan dan ketidak-adilan dalam menerima hukum pemerintahan.
Sikap kepedulian terhadap realita inilah yang nantinya menentukan apakah Knowledge serta Skill-nya mampu diterapkan ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat, ataukah itu hanya sekedar teori yang dihafalkan tanpa adanya aksi nyata. Sebab, pengetahuan sebanyak apapun, keterampilan sehebat apapun tidak akan berguna ketika dia menunjukan sikap yang negatif terhadap masyarakat sekitar, seperti suka berbohong, apatis, dan sikap negatif yang lainnya.
Haedar Nashir selaku Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015/2020 mengatakan bahwa, “Syahadat kita, Tauhid kita. Syahadat sebagai inti Tauhid, sebetulnya punya dimensi pembebasan. Barangsiapa membiarkan orang miskin dan papa tetap tertindas oleh mereka yang punya kuasa, politik, uang sebenarnya ialah orang yang jauh dari nilai Tauhid. Orang yang bertaqwa kepada Allah harus punya nilai Ihsan terhadap kemanusiaan.” Begitu banyaknya orang pintar di negeri ini, begitu banyaknya orang kaya di negeri ini, bahkan kuota haji setiap tahunnya semakin meningkat, tapi kenapa masih banyak masyarakat yang belum menerima hak untuk mendapatkan pendidikan?, kenapa kemiskinan tak pernah kunjung usai?,. Tak lain adalah karena kita masih terlalu sering mementingkan diri sendiri. Bukti nyata adalah, ketika ada kegiatan bakti sosial atau penggalangan dana, banyak diantara kita yang hanya menyumbangkan tenaga kita tanpa memberikan sesuatu yang sebenarnya menjadi tujuan awalnya, yaitu penggalangan dana untuk mengentaskan kemiskinan. Apresiasi terhadap kegiatan tersebut memang harus dilakukan daripada tidak sama sekali, tapi bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Barang siapa yang memberikan contoh (teladan) yang baik dalam Islam, maka baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang yang mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa yang memberikan contoh (teladan) yang buruk di dalam Islam maka baginya dosa atas perbuatannya dan dosa orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang-orang yang mengikutinya.” (HR. Muslim)
Kaitannya dengan penggalangan dana, kalau tujuannya ingin mencari dana, maka seharusnya kita harus menjadi pihak pertama yang menyumbangkan dana, supaya orang lain juga mengikuti langkah kita. Ingatlah filosofi Salam, kita tidak mungkin mendapat jawaban salam (keselamatan) kalau kita tidak mengawali salam terhadap orang lain. Bukankah ketika kita mengucapkan salam kepada orang lain, orang yang menjawab dan mendoakan kita semakin banyak?. Maka mulailah peduli terhadap orang lain dari diri sendiri, niscaya orang lain akan membalas kepedulian kita, kalaupun mereka tidak membalasnya, Allah SWT senantiasa memberi yang terbaik kepada hamba-Nya yang mau berbuat baik. Allah SWT. berfirman:
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Pengetahuan (Knowledge), Keterampilan (Skill), dan Sikap (Attitude) inilah yang seharusnya ada pada diri kader IMM. Menjadi suatu keharusan bagi setiap mahasiswa untuk semangat dalam mencari ilmu pengetahuan, sehingga bisa memunculkan sikap kritis terhadap permasalahan yang ada. Sudah bukan waktunya untuk menjadi mahasiswa yang sekedar ikut-ikutan, terombang-ambing tak tahu mana yang benar. Menjadi suatu keharusan bagi setiap mahasiswa untuk mengembangkan keahlian yang dia punya, masa mahasiswa adalah masa dimana seseorang mencari jati dirinya masing-masing, masa dimana dia menentukan kemana arah kehidupan yang akan dia lalui. Menjadi suatu keharusan bagi setiap mahasiswa untuk peduli, empati terhadap realita disekitarnya. Bukan hanya menunggu perubahan yang dilakukan para pemangku jabatan, tapi memulai perubahan ketika memang ada yang harus dirubah dan diperbaiki. Dan akhirnya, sudah saatnya bagi mahasiswa Islam untuk kembali menggerakkan roda organisasi serta kehidupannya berlandaskan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, menunjukkan identitas kita sebagai mahasiwa muslim, sehingga apa yang kita lakukan diridhoi Allah SWT.
Billahi Fii Sabiilil Haq
Fastabiqul Khairaat
Dalam perjalanannya, terlebih dalam bidang perkaderan, Muhammadiyah bergerak secara cepat dan dinamis, mengetahui arti penting seorang kader bagi persyarikatan. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan salah satu terobosan yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam rangka melakukan kaderisasi di tingkat Mahasiswa, baik di Perguruan Tinggi Muhammadiyah maupun Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta non-Muhammadiyah, setelah di jenjang sebelumnya (SLTP, SLTA) ada Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan di jenjang yang lain ada Pemuda Muhammadiyah. Ortom yang berdiri pada 14 Maret 1994 ini mempunyai slogan Fastabiqul Khairat (maka berlomba-lombalah dalam kebaikan) yang diambil dari QS. Al-Baqarah ayat 148. Dampak dari arti penting slogan tersebut adalah IMM dituntut untuk bergerak lebih dinamis, kritis, dan terampil dibandingkan ortom yang lain dalam mengerjakan kebaikan sehingga mampu membuat perubahan yang signifikan. Sebagaimana yang diketahui, mahasiswa merupakan basis terkuat dalam melakukan perombakan serta pergerakan dalam ranah persyarikatan maupun ranah kenegaraan. Banyak peristiwa sejarah yang membuktikan eksistensi Mahasiswa sebagai agen perubahan, salah satu yang paling diingat oleh masyarakat Indonesia adalah peristiwa pada tahun 1998. Apalagi kita sebagai anggota organisasi keagamaan yang mempunyai panutan terbaik sepanjang masa, yaitu Nabi Muhammad SAW. harusnya mempunyai semangat perjuangan tanpa terlepas dari nilai-nilai keagamaan.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Pada dasarnya, arah gerakan IMM adalah untuk mewujudkan serta meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam aspek pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), maupun sikap (attitude) anggotanya. Pengetahuan dapat diperoleh dari serangkaian kegiatan pembelajaran yang secara nyata mampu meningkatkan kecerdasan dan mengelola informasi yang didapatkan, kegiatan itu bisa berupa membaca, diskusi, maupun kegiatan lain yang bisa meningkatkan pengetahuan. Kaitannya dengan pengetahuan ini, Allah SWT berfirman: “Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9).
Ada pula perkataan dari seorang filosof barat, dercartes. Ia mengatakan bahwa ”aku berpikir, maka aku ada”. Tanpa adanya pemikiran, manusia bisa dikatakan sebagai mayat yang berjalan. Tanpa adanya pemikiran, apa bedanya manusia dengan hewan?. Sedangkan Mel Siberman berkata bahwa “Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit, apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman yang lain, saya mulai paham. Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan.” Proses inilah yang ada dalam jiwa organisasi. Cara mudah untuk memperoleh pengetahuan adalah dengan membaca, berdiskusi dengan orang lain akan lebih memberi pemahaman kepada kita, dan dengan mengamalkannya kita akan benar-benar tahu dan paham.
Tujuan selanjutnya adalah untuk meningkatkan keterampilan. Keterampilan merupakan suatu kemampuan yang sudah dimiliki oleh masing-masing individu dari lahir, jadi tidak ada alasan bagi manusia untuk merasa bahwa dirinya tidak mempunyai kelebihan apapun dan tidak ada alasan bagi dirinya untuk merasa iri terhadap kemampuan orang lain. Allah SWT berfirman: “Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lain. Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.” (QS. Al-Isra’: 21).
Dalam organisasi tentu kita mempunyai berbagai macam tipe anggota yang memiliki kesenangan dan keahlian yang berbeda. Ada yang suka olahraga, menulis, melukis, maupun kegiatan yang lainnya. Tugas bagi seorang pemimpin adalah untuk bisa memunculkan dan mengembangkan setiap potensi yang dimiliki anggotanya, sehingga tidak ada kemampuan yang tidak berguna, atau terbuang sia-sia.
Yang terakhir adalah sikap atau tindakan individu dalam menanggapi realita yang terjadi disekelilingnya, atau bisa juga sikap individu dalam berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya. Tidak bisa dikatakan organisasi ketika anggotanya berjalan sendiri-sendiri, tidak bisa menyatukan setiap aspirasi yang ada, tidak bisa dikatakan organisasi ketika hanya mementingkan kepentingan pribadi atau golongan tanpa melihat realita disekitarnya. Padahal disekitarnya banyak masalah yang perlu diselesaikan, baik masalah kemiskinan, pengangguran, maupun masalah ketidak-adilan dalam kehidupan bermasyarakan dan ketidak-adilan dalam menerima hukum pemerintahan.
Sikap kepedulian terhadap realita inilah yang nantinya menentukan apakah Knowledge serta Skill-nya mampu diterapkan ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat, ataukah itu hanya sekedar teori yang dihafalkan tanpa adanya aksi nyata. Sebab, pengetahuan sebanyak apapun, keterampilan sehebat apapun tidak akan berguna ketika dia menunjukan sikap yang negatif terhadap masyarakat sekitar, seperti suka berbohong, apatis, dan sikap negatif yang lainnya.
Haedar Nashir selaku Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2015/2020 mengatakan bahwa, “Syahadat kita, Tauhid kita. Syahadat sebagai inti Tauhid, sebetulnya punya dimensi pembebasan. Barangsiapa membiarkan orang miskin dan papa tetap tertindas oleh mereka yang punya kuasa, politik, uang sebenarnya ialah orang yang jauh dari nilai Tauhid. Orang yang bertaqwa kepada Allah harus punya nilai Ihsan terhadap kemanusiaan.” Begitu banyaknya orang pintar di negeri ini, begitu banyaknya orang kaya di negeri ini, bahkan kuota haji setiap tahunnya semakin meningkat, tapi kenapa masih banyak masyarakat yang belum menerima hak untuk mendapatkan pendidikan?, kenapa kemiskinan tak pernah kunjung usai?,. Tak lain adalah karena kita masih terlalu sering mementingkan diri sendiri. Bukti nyata adalah, ketika ada kegiatan bakti sosial atau penggalangan dana, banyak diantara kita yang hanya menyumbangkan tenaga kita tanpa memberikan sesuatu yang sebenarnya menjadi tujuan awalnya, yaitu penggalangan dana untuk mengentaskan kemiskinan. Apresiasi terhadap kegiatan tersebut memang harus dilakukan daripada tidak sama sekali, tapi bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Barang siapa yang memberikan contoh (teladan) yang baik dalam Islam, maka baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang yang mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa yang memberikan contoh (teladan) yang buruk di dalam Islam maka baginya dosa atas perbuatannya dan dosa orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang-orang yang mengikutinya.” (HR. Muslim)
Kaitannya dengan penggalangan dana, kalau tujuannya ingin mencari dana, maka seharusnya kita harus menjadi pihak pertama yang menyumbangkan dana, supaya orang lain juga mengikuti langkah kita. Ingatlah filosofi Salam, kita tidak mungkin mendapat jawaban salam (keselamatan) kalau kita tidak mengawali salam terhadap orang lain. Bukankah ketika kita mengucapkan salam kepada orang lain, orang yang menjawab dan mendoakan kita semakin banyak?. Maka mulailah peduli terhadap orang lain dari diri sendiri, niscaya orang lain akan membalas kepedulian kita, kalaupun mereka tidak membalasnya, Allah SWT senantiasa memberi yang terbaik kepada hamba-Nya yang mau berbuat baik. Allah SWT. berfirman:
“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)
Pengetahuan (Knowledge), Keterampilan (Skill), dan Sikap (Attitude) inilah yang seharusnya ada pada diri kader IMM. Menjadi suatu keharusan bagi setiap mahasiswa untuk semangat dalam mencari ilmu pengetahuan, sehingga bisa memunculkan sikap kritis terhadap permasalahan yang ada. Sudah bukan waktunya untuk menjadi mahasiswa yang sekedar ikut-ikutan, terombang-ambing tak tahu mana yang benar. Menjadi suatu keharusan bagi setiap mahasiswa untuk mengembangkan keahlian yang dia punya, masa mahasiswa adalah masa dimana seseorang mencari jati dirinya masing-masing, masa dimana dia menentukan kemana arah kehidupan yang akan dia lalui. Menjadi suatu keharusan bagi setiap mahasiswa untuk peduli, empati terhadap realita disekitarnya. Bukan hanya menunggu perubahan yang dilakukan para pemangku jabatan, tapi memulai perubahan ketika memang ada yang harus dirubah dan diperbaiki. Dan akhirnya, sudah saatnya bagi mahasiswa Islam untuk kembali menggerakkan roda organisasi serta kehidupannya berlandaskan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, menunjukkan identitas kita sebagai mahasiwa muslim, sehingga apa yang kita lakukan diridhoi Allah SWT.
Billahi Fii Sabiilil Haq
Fastabiqul Khairaat
Komentar
Posting Komentar