Holocaust adalah satu tragedi besar yang turut memiliki andil dalam memperluas kajian sejarah peradaban manusia, yang terjadi pada tahun 1933-1945. Genosida sistematis yang dilancarkan oleh partai Nazi terhadap berbagai ras, etnis, dan bangsa sebagai akibat dari tawaran teori geo-politik oleh Karl Haushover (yahudi) dan klaim kekuatan “maha” yang digagas oleh ras Arya, Jerman.
Sejarah selalu memiliki
kesimpulan antara diterima atau tidak diterima, sebuah kenyataan atau justru
dongeng karangan sekelompok orang demi kepentingan tertentu, ia bernilai tepat
atau sebaliknya. Sebagai akibat dari berbagai kesimpulan sejarah yang ada,
muncul pula satu pemeo “sejarah selalu ditulis oleh mereka yang menang”.
Kekuatan apa yang unggul setelah terjadi perckcokan, mereka yang akan menulis
sejarah kegemilangannya serta kebobrokan lawannya, mungkin lumrah, mungkin juga
salah.
Pendapat Pertama mengenai
Peristiwa Holocaust
Kebesaran seseorang selalu
ditopang oleh orang-orang dekat dibelakangnya yang selalu memberi massive
motivation. Karl Hashouver adalah seorang Yahudi yang menjadi dalang atas
terjadinya kekacauan di Eropa kala itu. Pakar geo-politik yang telah
menghabiskan waktu untuk melakukan perjalanan pendidikan di berbagai negara,
sebagian diantaranya adalah Jepang, Korea, India, Tibet, dan beberapa negara
timur lainnya. Dari lawatannya ke berbagai negara itu, ia berhasil mengadaptasi
sekaligus menyempurnakan satu teori yang kelak akan ia tawarkan kepada Hittler
untukk melancarkan rencana-rencana “sucinya” menguasai tanah Zion (Palestina).
The Heartland Theory, teori yang intinya menyatakan bahwa, “siapapun yang
berhasil menguasai Heartland, maka ia akan mampu menguasai World Island”.
Heartland atau jantung bumi menurut Haushover merupakan sebutan bagi wilayath
Asia Tengah, sedangkan World Island mengacu pada kawasan Timur Tengah. Kedua kawasan
itu merupakan kawasan yang kaya minyak bumi dan gas. Haushover adalah sosok
dibalik kebesaran kekuatan Hittler. Ia juga termasuk tangan kanan Hittler yang
kemudian berhasil memprovokasinya dengan teori unggul ras Arya untuk mencapai
rencana kontroversinya.
Karl Haushover dikenal dekat dengan
para petinggi dan perwiraa-perwira Jerman. Bagi Haushover, agar bangsa Jerman
bisa menjadi bangsa terkuat di dunia, ras arya harus memurnika dirinya dan
menyingkirkan semua orang Jerman yang bukan berasal dari ras ini. Keunggulan ras
akan menjadi pondasi utama untuk menjadi bangsa terkuat meskipun dengan cara
yang tidak manusiawi. Kehancuran dan kebinasaan yang diatur secara sistematis
dan merenggut ribuan nyawa.
Dengan berkuasanya Nazi,
dilakukan pemurnia ras Arya secara besar-besaran. Semua orang Jerman yang bukan
berasal dari ras ini dikejar-kejar dan dihancurkan, terlebih kaum Yahudi yang
banyak mendiami wilayah Jerman, mereka menjadi target utama pengusiran. Salah satu
tragedi kemanusiaan yang mengundang simpati dunia adalah tragedi Holocaust ini.
Genosida sistematis yang dilakukan oleh Nazi Jerman terhdap berbagai kelompok
agama, etnis, bangsa, dan golongan sekuler pada sekitar Perang Dunia II. Holocaust
merupakan penganiayaan dan pemusnaan orang Eropa keturunan Yahudi secara
sitematis yang disponsori oleh Nazi Jerman dan sekutu-sekutunya antara tahun
1933-1945. Persentase korban yang cukup besar dalam tragedi ini berasal dari
kaum Yahudi. Tercatat kurang lebih enam juta jiwa dibunuh dengan tembakan,
penyiksaan, serta gas beraacun dari kamp-kamp konsentrasi.
Tragedi ini tidak serta merta
lahir dari keganasan Nazi terhadap kaum Yahudi dan beberapa lawan politiknya,
melainkan merupakan akibat dari sekian banyak rangkaian peristiwa yang
sebelumnya telah terbangun dan berbagai kerugian yang diderita Jerman. Ada banyak
perjanjian yang menggiring Jerman pada arah kebangkrutan dengan aktor dibalik
itu semua yang tak lain adalah kaum Yahudi, salah satunya Hashouver.
Mengapa Haushover yang menjadi
bagian penting dari kaum Yahudi justru menyetujui Holocaust? Apa motovasi di
balik semua itu? Jawaban inilah yang kemudian meyakinkan banyak orang ihwal
adanya motif politik Yahudi di balik tragedi Holocaust. Andai saja Haushover
mengedepankan rasa kemanusiaannya, tentu ia tidak akan membiarkan tragedi itu
menelan korban begitu banyak. Namun, dengan motif politik tersebut, Haushover
membumbui dendam kesumat Hittler terhadap kaum Yahudi dengan teori ras unggul
sehingga terjadilah pembantaian ribuan umat Yahudi, pengusiran, dan penyiksaan
terhadap lawan-lawan politiknya.
Tujuan Haushover tak lain adalah
melunasi janji protokolat zionis yang telah disepakati jauh sebelum peristiwa
Holocaust ini terjadi. Protokolat yang disepakati pada tahun 1773 berlangsung
di kediaman Sir Mayer Rotschild itu memiliki agenda mendesak, yakni menemukan
kembali harta King Solomon (Nabi Sulaiman) yang diyakini oleh sebagian besar
kaum Yahudi ada dibalik Masjidil Aqsha, Yerussalem. Jalan untuk mencapai itu
semua adalah dengan merebut kembali Palestina yang telah ditinggalkan sejak
lama. Dan berbagai macam cara untuk kembali ke tanah Palestina telah dicoba,
namun selalu menemui jalan buntu. Maka “jalan paksa” berupa Holocaust ini harus
ditempuh untuk memulangkan kaum Yahudi kembali ke tanah Palestina. Tragedi ini
sendiri banyak ditentang oleh kalangan Yahudi sendiri, yang menganggap bahwa
tragedi ini dilakukan dengan cara-cara yang tidak manusiawi. Salah satunya
adalah Norman Finklestein. Dalam karyanya, Finkelstein membongkar rekayasa
Holocaust yang pada dasarnya didalangi oleh elit Yahudi sendiri. (al-Amudi)
#bersambung
Mantap!!!
BalasHapusDitunggu tulisan berikutnya...
Siap.. (y)
BalasHapusIkuti terus perkembangan blog kami...Insya Allah banyak informasi baru. Semoga bermanfaat.
#kalau ada kritik/saran dipersilahkan