Pergantian kepemimpinan adalah hal yang lumrah dalam sebuah organisasi. Peremajaan anggota dan pembaruan semangat menjadi salah satu faktornya. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai sebuah ortom juga tidak bisa lepas dari yang namanya pergantian kepemimpinan. Menjadi aneh jika jabatan hanya dipegang oleh orang-orang yang sama, terutama yang melewati batas kewajaran.
Dalam rangka itu, Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta --atau yang biasa disingkat PK IMM UY-- pada hari Sabtu, 01 April 2017 mengadakan Musyawarah Komisariat (Musykom) di Masjid ash-Shiddiqi. Selain dalam rangka mempertanggungjawabkan hasil kinerja periode sebelumnya, agenda lain dari musykom adalah untuk melakukan pergantian kepemimpinan.
Dari hasil yang telah dicapai dalam musykom tersebut, semoga kedepannya PK IMM UY mampu meningkatkan kualitas ikatan. Menurun atau meningkatnya kualitas ikatan ini dapat dilihat dari tiga aspek, yakni; kemahasiswaan, keagamaan, dan kemasyarakatan (M. Hasnan Nahar).
Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah bahwa pergantian kepemimpinan bukanlah hal yang bisa dipermainkan begitu saja, ada sebuah tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Seorang pemimpin, menurut Hasnan Nahar --yang bertindak sebagai pemateri pada Studium General--, harus sadar atas apa yang harus dikerjakan, tidak terjebak pada posisi elitis sehingga tidak dapat ‘disentuh’ oleh anggota serta harus menjadi pendengar yang efektif; partisipatif, pasif dan empati.
Dalam rangka itu, Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta --atau yang biasa disingkat PK IMM UY-- pada hari Sabtu, 01 April 2017 mengadakan Musyawarah Komisariat (Musykom) di Masjid ash-Shiddiqi. Selain dalam rangka mempertanggungjawabkan hasil kinerja periode sebelumnya, agenda lain dari musykom adalah untuk melakukan pergantian kepemimpinan.
Dari hasil yang telah dicapai dalam musykom tersebut, semoga kedepannya PK IMM UY mampu meningkatkan kualitas ikatan. Menurun atau meningkatnya kualitas ikatan ini dapat dilihat dari tiga aspek, yakni; kemahasiswaan, keagamaan, dan kemasyarakatan (M. Hasnan Nahar).
Hal lain yang juga harus diperhatikan adalah bahwa pergantian kepemimpinan bukanlah hal yang bisa dipermainkan begitu saja, ada sebuah tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Seorang pemimpin, menurut Hasnan Nahar --yang bertindak sebagai pemateri pada Studium General--, harus sadar atas apa yang harus dikerjakan, tidak terjebak pada posisi elitis sehingga tidak dapat ‘disentuh’ oleh anggota serta harus menjadi pendengar yang efektif; partisipatif, pasif dan empati.
Komentar
Posting Komentar