Di tengah banyak orang kebingungan mencegah tindak kejahatan korupsi,
kiranya tepat menengok Muhammadiyah dalam mengelola lembaga-lembaga
sosialnya. Hal itu kiranya relevan, Lebih-lebih ketika organisasi Islam modernis ini sedang melaksanakan hajat besar, yaitu
muktamar satu abad yang dilaksanakan di Yogyakarta pada pagi hari ini.
Muhammadiyah selama ini telah
teruji dalam mengelola berbagai lembaga, seperti pendidikan, rumah sakit atau klinik
kesehatan, panti asuhan dan juga tempat ibadah. Selama ini belum terdengar ada penyimpangan atau korupsi yang dianggap serius. Jika pun ada
persoalan, terkait dengan organisasi dan kepengurusan lembaganya. Misalnya,
konflik yang muncul karena persaingan calon kepala sekolah, rektor, pimpinan
rumah sakit dan sejenisnya. Tetapi biasanya persoalan seperti itu segera bisa
diatasi.
Keberhasilan Muhammadiyah hingga dapat mengatasi penyimpangan tersebut adalah merupakan
prestasi tersendiri. Selama ini orang percaya terhadap kemampuan Muhammadiyah
dalam mengelola organisasi, kelembagaan dan tidak terkecuali dalam pengelolaan dana. Hal seperti itu sekaligus membantah anggapan yang selama ini dipercaya, bahwa korupsi
merupakan karakter bangsa ini. Sementara Muhammadiyah, ----- yang juga
menjadi bagian bangsa ini, ternyata berhasil menjaga trust
yang tinggi. Sehingga anggapan yang kurang menyenangkan itu tidak benar.
Ujian terhadap Muhammadiyah cukup meyakinkan, sebab organisasi Islam modernis ini mengelola ribuan
sekolah, madrasah, rumah sakit, klinik kesehatan dan bahkan juga ratusan
perguruan tinggi. Proyek-proyek yang dibangun oleh Muhammadiyah,----- umpama
dihitung, amat besar jumlahnya. Bisa dibayangkan satu PTM (Perguruan Tinggi
Muhammadiyah) ada yang mengelola puluhan ribu mahasiswa dan mempekerjakan
ratusan dosen dan karyawan. Pada setiap saat, lembaga ini membangun fasilitas fisik dan akademik dengan dana yang tidak kecil. Namun sekalipun tidak menerapkan
manajemen sebagaimana yang dikembangkan
oleh pemerintah, ternyata penyimpangan keuangan dan fasilitas lain tidak
pernah terjadi yang menyebabkan seseorang masuk ke
penjara.
Prestasi seperti itu tentu perlu
dikaji, mengapa Muhammadiyah relatif bisa membangun kejujuran hingga berhasil
membangun fasilitas pendidikan, kesehatan dan lainnya seperti itu. Padahal
dalam organisasi Islam ini, pengawasan yang dilakukan oleh organisasi di
tingkat pusat maupun pada level lebih bawah, tidak terlalu ketat, dan bahkan hampir-hampir tidak ada.
Saya pernah hadir di sebuah lembaga pendidikan tinggi Muhammadiyah, sekalipun
sudah beberapa kali mewisuda sarjana tetapi belum pernah sekalipun dihadiri
oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Akan tetapi PTM tersebut cukup dinamis,
pembangunan fisiknya mantap, dan jumlah mahasiswanya cukup
banyak. Artinya tanpa pengawasan pun Muhammadiyah akan berjalan dan tidak akan
diselewengkan.
Mengamati dan bahkan sekaligus ikut mengalami dalam mengelola lembaga
pendidikan tinggi Muhammadiyah, saya menemukan beberapa kesimpulan, mengapa
penyimpangan atau korupsi tidak terjadi di kalangan Muhammadiyah. Pertama, ada rasa senang dan cinta
terhadap organisasi Muhammadiyah. Perasaan mencintai organisasi itu
melahirkan semangat berjuang untuk kemajuan Muhammadiyah. Di lingkungan
Muhammadiyah dikenal pesan KH Ahmad Dahlan, -----pendiri Muhammadiyah, yang kemudian dijadikan semangat beramal,
yaitu “Hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan Mencari Kehidupan di Muhammadiyah”.
Kedua, Tanpa dikomando atau disuruh di kalangan organisasi ini tumbuh semangat memberi atau beramal. Menjadi Muhammadiyah diartikan sama
dengan menjadi orang yang akan beramal, menyumbang, memberi, dan juga berkorban. Maka menjadi hal biasa,
tatkala akan membangun lembaga pendidikan, rumah sakit, panti asuhan, orang-orang Muhammadiyah mengadakan patungan,
atau urunan mengumpulkan dana. Gerakan mengumpulkan dana itu jumlahnya tidak
ditentukan secara sama. Masing-masing orang diberi keleluasan memberikan
bantuan seikhlasnya, menyesuaikan dengan kemampuanya. Menyumbang pada kegiatan
organisasi dianggap
sebagai bagian dari ibadah, berbakti
memenuhi tuntutan agamanya.
Ketiga, gerakan memberi dilakukan oleh semua, yang biasanya dipelopori oleh
pimpinannya dan kemudian diikuti oleh yang lain. Dengan cara itu maka tumbuh di antara warga
Muhammadiyah semangat beramal dan
sebaliknya tidak ada perasaan dipermainkan oleh pihak lain, apalagi oleh pimpinannya. Semua pihak berusaha bisa memberi.
Pendekatan seperti ini melahirkan trust antar sesama, sehingga sekalipun
tidak dilakukan pencatatan misalnya, tidak akan ada dana
yang diselewengkan. Pengelolaan aset dan dana yang diliputi oleh nuansa transendental seperti itu
melahirkan saling percaya dan saling ingin menjadi dipercaya.
Keempat, rasa memiliki bersama. Perasaan memiliki atau organisasi sebagai rumahnya sendiri tertanam di kalangan pengurus dan bahkan anggota
Muhammadiyah. Hal itu mungkin terjadi karena di Muhammadiyah tidak ada
pengurus yang digaji atau diberi imbalan. Mereka menduduki posisi sebagai
pimpinan tidak akan mendapatkan fasilitas, kecuali ruang kantor untuk
bekerja. Umpama imbalan itu diterima, hanyalah sebatas
untuk mendukung jalannya organisasi,
misalnya dana transport tatkala meninjau amal usaha di daerah. Hal itu bisa
dimengerti, karena Muhammadiyah juga tidak memungut dana dari lembaga
pendidikan dan sosial yang berada di bawah pembinaannya.
Dari uraian tersebut di muka, maka ber-Muhammadiyah sesungguhnya lebih
dimotivasi untuk mengabdi, beribadah atau beramal, dan
bukan untuk mendapatkan sesuatu. Sehingga dengan semangat seperti
itu maka korupsi atau penyimpangan-penyimpangan sehingga menjadikan
organisasi stagnan atau mundur dan
bahkan mati, dalam batas-batas
tertentu, tidak terjadi.
Memang akhir-akhir ini dengan semakin berkembangnya berbagai lembaga yang ada,
maka mulai muncul isu agar pengelolaan organisasi dilakukan secara profesional. Sedangkan
profesional dimaknai di antaranya diberikan imbalan bagi mereka yang berjasa atau berprestasi. Pemikiran seperti itu, kiranya wajar tatkala masyarakat semakin sadar terhadap hal itu . Namun masih dengan catatan,
bahwa hal itu tidak boleh mengurangi
semangat atau nilai beramal dan berjuang pada wadah
organisasi Muhammadiyah. Sebab organisasi ini sejak awal didisain hanya sebagai
tempat mengabdi atau beribadah. Wallahu a’lam.
* Artikel ini pernah dimuat di website uin-malang.ac.id
|
Komentar
Posting Komentar