Karya : Joko Riyanto
Di
suatu daerah padang pasir hiduplah tiga orang bersaudara, dua orang laki-laki
dan satu seorang adik perempuan. Kedua orang tua mereka telah meninggal dunia,
ayahnya seorang prajurit kerajaan yang ada di arab, sedang ibunya akibat
penyakit komplikasi yang dideritanya sehingga Tuhan mentakdirkan akhir hidupnya
dengan meninggalkan tiga orang anak. Mereka bernama Ahmad berumur 25 tahun,
Salim berumur 20 tahun, dan halimah masih berumur 17 tahun.
Pada suatu ketika ada sebuah surat dari
kerajaan yang dulu ayahnya pernah menjadi prajurit di sana. Isi dari surat itu
ialah “wahai saudara-saudarku, marilah
kita perjuangkan agama Allah ini, dengan kekuatan dari Tuhan, dengan mengucap
bismillah dan lailaha illa allah kita berperang dengan orang-orang kafir yang
telah memperolok agama kita”. Karena mereka mendapat panggilan dari
kerajaan untuk berperang maka mereka tak bisa menolaknya. Akan tetapi disini
timbullah problem, jika mereka pergi untuk berperang maka tidak mungkin seorang
adiknya akan di tinggal sendirian di rumah, karena adiknya masih takut sendiri
akibat trauma di tinggal orang tuanya. Sedangkan jika mereka tidak ikut
berperang akan berdosa karena itu adalah untuk memperjuangkan agama Allah.
Maka
Ahmad seoarang kakak yang tertua mengumpulkan adik-adiknya untuk bermusyawarah
untuk mencari solusi dari problem tersebut.
“bagaimana solusi atas permasalahan ini saudaraku?”
ujar Ahmad kepada Salim adiknya.
“bagaimana kalau halimah adik kita ini, kita
titipkan kepada orang yang dapat kita percaya”. Pendapat dari salim kepada
kakanya.
Mendengar
pendapat adiknya, maka ahmad setuju dan halimahpun mengikuti perintah dari
kedua kakanya tadi untuk di titipkan keada seorang yang dipercaya.
Akhirnya
tibalah hari untuk berangkat berperang, dan kedua kakak tadi membawa adiknya ke
tempat seoarang tokoh yang ternama.
“tok, tok, tok, assalamu’alaikum”. Ucap salam dari
ahmad.
“wa’alaikumusalam warahmatullahi wabarokatu” jawab
seseorang di balik pintu rumah yang sederhana akan tetapi rajin dan bersih, tak
ada sepucuk daun pun yang berserakan di halaman rumahnya. Dia adalah tokoh yang
di segani oleh masyarakatnya.
Setelah
dibukanya pintu itu, munculah sosok yang mereka segani dan mereka percayai akan
kepandaiannya dan kecerdasaannya dalam bidang sosial dan agama. “pak ustadz ini
kami dari perkampungan sebelah mau mintak tolong sama pak ustadz” ujar ahmad
kepada pak ustadz.
Ustadz menjawab dengan sopan santun,” iya nak adapa
apa, apakah yang biasa saya bantu?”
Salim saudara kedua itu menjawab pertanyaan pak
ustadz,” gini pak ustadz, kami kan mendapat surat dari kerajaan untuk ikut
berperang, kemudian kami mempunyai seorang adik yang belum bisa kami tinggal
sendirian di rumah karena berbagai masalah yang membuatnya trauma.”
“terus kemudian apa keputusan kalian terhadap
masalah tersebut?” ujar pak ustadz kepada ahmad dan salim.
“kami berdua sudah menentukan solusinya, kami akan
menitipkan adik kami halimah kepada pak ustadz selama kami berperang, karena
bapak yang dapat kami percayai dan masyarakat sini juga sangat percaya dengan
pak ustadz.” Jawab ahmad karena dia sebagai kakak pertama.
“baik, karena itu sudah keputusan kalian dan sudah
dibicarakan dengan baik-baik, maka saya akan menolong kalian, saya akan
berusaha dengan maksimal akan menjaga adik kalian sementara kalian berperanglah
di jalan Allah, karena itu adalah perintah dari kerajaan dan perintah dari
Allah.” Jawaban seorang ustadz dengan sopan kepada kadua kakak halimah.
Setalah
selesai berbincang-bincang dengan pak ustadz, maka Ahmad dan Salim pamit untuk
pergi berperang. Dan akhirnya halimah pun tinggal bersama ustadz yang pandai
dan cerdas dalam bidang agama dan sosial, sehingga di percayai oleh kedua
kakaknya tadi. Halimah pun di tuntun ke kamar untuk tempat beristirahatnya
selama tinggal di rumah ustadz tadi.
Matahari
yang tersenyum melai tenggelam di belahan bumi dan bulan pun memantulkan sinar
matahari dengan cahaya yang dapat dinikmati orang-orang yang dapat melihat
kebesaran Tuhan yang telah menciptakan alam semesta ini penuh keindahan dan
teratur dengan hukum kausalitasnya. Di sinilah waktu-waktu yang tepat halimah
untuk pergi ke kamar dan beristirahat agar tubuhnya terasa nyaman ketika hendak
bangkit dari tempat tidurnya.
Pada
malam hari itu pak ustadz membawakan sebuah makanan untuk halimah. Karena dia
menjaga amanah dengan baik, maka pak ustadz tersebut meletakkan makanan itu di
depan pintu dan memanggilnya, “halimah... ini makan malamnya sudah saya
siapkan, silahkan ambil di depan pintu”. Sesudah itu, ustadz pun pergi keruang
tamu dan datanglah syetan yang berkata kepadanya, “hey.. ustadz, haduuuh gimana
kau ini.. kamu ini ustadz yang pandai dalam agama, masak memberikan makanan
kepada orang yang sudah tak punya kedua orang tua seperti itu, apakah itu baik
di kaca mata agama, memperlakuakan tamu seperti itu?”.
Ustadz tadi pun berfikir iya juga iya, masak tamu
aku lakukan sperti itu, lalu dia pun bertanya kepada syetan, “ hey syatan,
kalau begitu bagaimana akau melakuaknnya selayaknya seorang tamu, jika seperti
itu salah?”.
“aaahh.. kamu ini belagak bodoh apa gimana
ustadz-ustadz, jelaslah kamu ketok pintunya kemudian kasihkan langsung kepada
sang gadis tersebut.”
Ustadz pun berfikir dan meng iya kan pendapat syetan
tersebut karna itu baik dan jelas pasti gadis tersebut akan senang di
perlalkukan selayaknya tamu.
Selang
beberapa hari kemudian pak ustadz itu membawakan sarapan pagi kepada halimah,
“assalamu’alaikum, halimah ini sarapan pagi sudah di siapkan”.
“iya pak ustadz, tunggu sebentar.” Jawab halimah.
Ketika pintu itu di buka pak ustadz pun memberikan
makanan yang dibuatnya secara langsung, akan tetapi mata pak ustadz merunduk
untuk menjaga matanya agar terhindar dari maksiat mata.
Setelah
selesai memberikannya, maka pak ustadz pergi ketaman halamannya untuk membersihkan
nada-noda yang tak enak di pandang mata. Akan tetapi syetan itu datang lagi
kepdanya, “assalamu’alaikum pak ustadz, selamat pagi, gimana kabarnnya? Dan
gimana sudah kamu lakukan perbuatan baikmu terhadap tamu sepesialmu?”
pertanyaan syetan yang di utarakan kepada ustadz dengan tegas karena semangat
pagi.
“wa’alaikumsalam, selamat pagi syetan, baik-baik
aja, hari ini aku sudah memberikan makanan dengan langsung kepadanya akan
tetapi aku takut melihatnya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak aku inginkan
tan.” Jawab pak ustadz dengan sopan.
“haduh ... haduh... pak ustadz-pak ustadz, masak
memberikan sesuatu kepada seseorang harus merunduk, apakah itu pantas?” saut
syetan kepada pak ustadz.
Pak ustadz berfikir dan bertanya,” terus bagaimana
dong kalau begitu, apa yang harus aku lakukan tan”.
Jawab syetan, “kamu kan sudah mengasihkan secara
langsung, tapi kamu juga harus menatapnya dan tersenyum dengan indah biar
hatinya merasakan kenyamanan tinggal di rumah pak ustadz.”
Pak
ustadz itupun meng iya kan lagi usulan dari syetan, karena itu baik juga agar
halimah merasa nyaman dan betah tinggal di rumah pak ustadz. Dan ketika siang
hari tiba, maka pak ustadz pun mengantarkan makan siang kepada halimah dan
seperti biasa mengetuk pintu danmengucap salam kepda halimah dan di jawab dan
membukakan pintunya, kemudian pak ustadz memberikan makanan tersebut dan karena
perintah syetan pak ustadz itupun tersenyum dan dibalas senyuman dari halimah
dengan wajah yang merona dan bibir yang indah tak pernah pak ustadz melihat
keindahan dunia selama hidupnya, kamudian reflek “astaghfirullah” kata pak
ustadz. “kenapa pak ustadz, ada yang salah dengan halimah” tanya halimah yang
merasa gelisah dengan ucapan pak ustadz.
“gak papa halimah, pak ustadz merasa kagum aja
dengan penampilan halimah yang salehah” jawab ustadz. “ooh.. ya makasih pak
ustadz, oh ya makasih atas semua ini ya pak, berkat perhatian bapak selama ini,
halimah merasa agak tenang dan sedikit-sedikit dari trauma halimah, sekali lagi
makasih ya pak ustadz” ujar halimah dengan senyuman yang menawan. Jawab ustadz
dengan senyuman juga, “ iya sama-sama dek halimah, ini semua aku lakukan buat
kebaikan dek halimah”.
Setelah
beberapa minggu pak ustadz mengerjakan seperti apa yang di perintahkan oleh
syetan itu. Tiba-tiba syetan datang lagi, “assalamu’alaikum ustadz...gimana
udah berjalan dengan lancar kan kebaikan yang anda lakukan.”
Di jawablah dengan gembira ria, “wa’alaikumus salam,
ya sudah ding tan, oh ya makasih atas sarannya, kamu memang baik tan.”
“tunggu dulu tadz, kebaikan kamu belum selesai,
masak cuman seperti itu, apaka kamu tidak lihat di balik keindahan matanya dia
menderita degnan kisah yang pernah ia alami?” kata syetan dengan muka merayu
namun bijak.
“terus apa lagi yang harus aku lakukan untuk membuat
masalahnya ringan tan?” tanya ustadz dengan raut wajah berfikir.
“gampang pak ustadz yang baik hati... kamu panggil
dia, kamu ajak ke ruang tamu, kamu berikan makan dan makan bersama serta kamu
tanyakan ada maslah apa, suruh dia mencurahkan isi hatinya agar masalah-masalah
yang ada di hatinya teringankan. Kerena biasanya seorang perempuan itu, jika
sudah mencurahkan isi hati kepada seseorang maka akan merasa tenang”. Panjang lebar jawaban syetan kepadanya.
Ustadz
tadi pun berfikir dan membenarkan jawaban syetan, karena realitas hati
perempuan seperti apa yang di katakan syetan kepadanya.
Jam
pun berputar dan hari pun berganti, pak ustadz mencoba memanggil halimah, “dek
halimah... kesini ayook makan bareng sama saya, makanannya sudah siap.”
“iya oak ustadz..tunggu sebentar, haliamah lagi
memakai jilbab ini” jawab halimah dengan keras dari kamarnya.
Setelah
selesai memakai jilbab dan berpaian rapi serta salehah, halimahpun datang ke
ruang makan dan bersiap makan malam bersamam pak ustadz. Setelah makanan mereka
kahab dan kenyanglah perut keduanya.
Pak ustadz pun bertanya dengan senyuman ,”dek
haliamah, maukah kamu menceritakan masalah-masalah dalam hidup dek halimah yang
membebani kehidupan dek halimah sehingga membuat dek halimah trauma sampai
sekarang.”
Dengan perasaan malu-malu halimah menjawab dan
menceritakan pengalamannya kepada pak ustadz. Dan tak di sangka-sangka mata
halimah yang berbinar-binar tadi berubah bersimbah air yang membasahi bola
matanya hinggga mengalir kedagunya. Dan pak ustadz itu pun memberikan solusi
kepadanya dan menenangkan derita halimah tersebut. Namun di tengah-tengah
perbincangan mereka datanglah lagi syetan yang berbisik-bisik kepada pak
ustadz. “pak ustadz masak gak merasa kasihan kepada halimah sudah mengucurkan
air mata dengan cerita pengalaman hidupnya yang mamat kelam, pak ustadz hanya
bisa menceramahinya saja”.
“terus apa yang harus aku lakukan tan, aku bingung
dan tak berdaya lagi ketika melihat perempuan yang menangis, aku hanya bisa
memberinya motivasi” jawab ustadz itu dengan ramah kepda syetan.
Sahut syetan kepada pak ustadz, “kamu pegang
tangannya dan kamu peluk tubuhnya agar rasa tangisnya mereda pak ustadz, kita
lihat fakta anak muda seperti itu ketika merasa sedih dengan pelukan maka rasa
sedihnya akan hilang pak ustadz”.
Karena pikiran yang bingung dan kasihan, pak ustadz
langsung mengiyakan usulan dari syetan tersebut. Dan tak disadarinya karena
nafsu , maka terjadilah hal-hal yang di luar dugaan.
Ketika
semua itu sudah terjadi, pak ustadz mengadu syetan. Dan syetan memberi jawaban
yang membuat reda keresahan pak ustadz.
Setahun kemudian, lahirlah anak yang ada di
kandungan halimah, dan pak ustadz pun kembali memanggil-manggil syetan,
“tan...tan.. tan... di mana kau”.
Seyatan datang di hadapan dia,”ada apa pak ustadz,
mengganggu aktifitasku saja kau ini”.
Tanya pak ustadz dengan gelisah “gini tan, anak yang
ada dirahim si halimah sudah lahir, kemudian kalau kedua kakaknya datang
menjemput halimah, matilah saya tan, karena sudah mengingkari amanah untuk
menjaganya.”
Jawab syetan dengan santai dan meyakinkan, “saya
punya solusinya tadz, kamu musyawarahkan saja sama halimah, dan sepakat untuk
membunuh anak itu agar tidak ketahuan kedua kakaknya, kan berees urusannya.”
Setelah mendapatkan ide tentang hal itu, maka pak
ustadzpun mendatangi halimah meminta anaknya dan dibunuh. Karena halimah tak
berdaya maka iya hanya bisa diam dan menangis. Tetapi pak ustadz itu karena
sudah terpengaruh rayuan syetan maka anak itupun dibunuh dan dikuburkan halaman
dibelakang rumahnya.
Hari
semakin malam, dan rembulanpun tersenyum pada dunia. Pak ustadz se[erti biasa
menonton TV, dan sekilas terkejut dan henyak dari tempat duduknya. “oh
Tuhan....kalau anaknya sudah aku bunuh pasti aman, tapi bagaimna jika halimah
mengadu kepada kakanya, bisa mati aku.” Berkata sendiri sambil melolok TV.
“tenang saja pak ustadz jangan gerogi gitu... kamu
bunuh saja halimah, kamu kuburkan bersama anaknya, kemudian kamu bilang saja
nanti kepada kedua kakaknya, bahwa halimah mengurung diri dikamar karna trauma
dan tak mau makan sehingga sakit, kemudia aku bawa ke dokter, tapi takdir
berkata lain.” Jawab sepintas syetan lewat bisikan telinga kiri pak ustadz.
Tanpa pikir panjang, pak ustadz itu pun membunuh
halimah dan di kubur bersama anaknya.
Bebrapa
hari kemudian, Ahmad dan Salim datang ke rumah pak ustadz untuk menjemput
halimah adik mereka. “assalamu’alikum..pak ustadz” ucap salam halim kepada
pintu yang tertutup rapat-rapat.
“wa’alaikum salam wr. Wb.” Jawab ustadz yang berada
di balik pintu sambil membuka perlahan-lahan dan terdengan ngreeeekkk.
“pak ustadz kami sudah selelsai dalam peperangan,
dan alhamdulillah kerajaan kami memenangkan peperangan tersebut, kami sekarang
ingin menjemput adik kami halimah pak”. Ujar sang pemuda yang bernama Ahmad,
tak lain kakak Salim.
Pak ustadz menjawab dengan agak gerogi namun dapat
menyakinkan mereka dan menceritakan kejadian dan memanipulasi semua fakta-fakta
di ubahnya menjadi fiksi belaka agar mereka percaya.
Karna
semua sudah dijelaskan dengan gamblang, mereka menangis dan berduka cita atas
apa yang terjadi terhadap adik kesayangan mereka. Maka merekapun pulang dan
beristirahat karena hari mulai larut malam, sebelum tidur mereka berdo’a kepada
adiknya yang telah tiada.
“Dunia
menjadi aneh, matahi, bulan, bintang, hewan, tumbuhan, dan manusia yang
istimewa, kemana mereka semua. Gelap gulita yang ada, tiada kehidupan di tempat
ini di mana aku, dimana,” bertanya-tanya pemuda yang kebingungan dimana dia
berada, berbeda jauh dengan kehidupannya.
Seketika
terlihatlah wajah yang mempesona, pakaiannya yang putih dan membawa buah
hatinya, namun, matanya bersinar-sinar terbalut air mata kesedihan dan
berteriak kepada pemuda itu, “tolongg-tolong kak, tolong halimah, halimah ada
di belakang rumah ustadz, halimah kesakitan kak.”
“astaghfirullah” teriak Ahmad dan Salim bersamaan
dan henyak dari tempat tidurnya.
“kenapa kamu salim”. Tanya Ahmad dengan deraian
keringat yang melintas di sekujur mukanya.
“kak, aku bermimpi halimah adik kita dia membawa
seorang anak, dan meminta tolong kepada ku” jawan Salim dengan suara
tersendah-sendah karena bermimpi yang tak sewajarnya.
“kok sama lim, waah jangan-jangan pak ustadz
berbohong pada kita, ayook kita mintak penjelasan yang sebenar-benarnya.” Sahut
Ahmad yang hati nya penuh penahsaran d=serta keraguan.
Akhirnya singkat cerita, mereka mendatangi pak
ustadz dan pak ustadz di desak untuk mengakui yang sebenarnya terjadi, dan pak
ustadz pun menjawab dengan sejujur-jujurnya. Kemudian mereka menggali kubur
adiknya dan di ditu ditemukan pula mayat seorang bayi bersama mayat halimah.
Atas
aksiden ini mereka melaporkan pihak yang berwenag dan menghukum pak ustadz
dengan setimpal yaitu dihukum mati, karena daerah tersebut menggunakan sistem hukum
keras.
Komentar
Posting Komentar