Sumber: www.goodreads.com
Oleh: Immawan Zayyan Adib Kautsar
Sebagai
sebuah organisasi Islam tertua di Indonesia, sudah 108 tahun Muhammadiyah telah
menunjukkan kebermanfaatannya. Spirit Islam berkemajuannya tidak lekang oleh
waktu dan terus teraplikasikan dengan baik oleh pimpinan dan seluruh elemen yang
terdapat dalam tubuh Muhammadiyah. Disamping itu, spirit berkehidupan Islami
sudah lama dicontohkan oleh KH. Ahmad Dahlan melalui habit dan cerminan
perilaku beliau setiap hari. Spirit berkemajuan ini salah satunya bisa dilihat
dari pakaian yang dipakai beliau, yakni setelan jas layaknya gaya barat yang
dipadukan dengan jarik batik sebagai bawahan serta surban yang dililit di atas
kepala. Hal ini menunjukkan kemajuan fikiran beliau dalam menanggapi respon
budaya positif yang ada.
Pada
awal berdirinya, Muhammadiyah sudah menjelma sebagai organisasi yang bergerak
pada ranah pendidikan dan sosial. KH. Ahmad Dahlan yang terpengaruh oleh 3
pemikiran pembaharu Islam terkemuka pada saai itu yaitu Muhammmad Abduh,
Jamaluddin Al-Afghani, dan Rasyid Ridhla, merealisasikan pemikiran reformisnya
dengan mendirikan sekolah bergaya barat dan mengurusi kaum dhuafa’ di
sekitar Kauman yang pada saat itu memang banyak ditemui. Interpretasi yang
mendalam terhadap spirit surat Al-Ma’un telah KH. Ahmad Dahlan ajarkan kepada
muridnya dan langsung dipraktekkan dengan seksama sampai-sampai seorang
muridnya, KH. Sudja’ (direktur PKU pertama, dan penulis biografi KH. Ahmad
Dahlan) menanyakan mengapa surat Al Ma’un ini diajarkan berkali-kali dan kenapa
tidak beranjak kepada surat selanjutnya? KH. Ahmad Dahlan lantas menjawab, “Apakah
surat Al-Ma’un ini sudah kamu praktekkan? Sudah berapa kaum dhuafa’ yang
telah kau rawat dan santuni?”. Begitulah kiranya percakapan antara guru dan
murid teladan kita.
Spirit
Islam berkemajuan adalah spirit memajukan umat Islam agar dalam menjalani
keislamannya supaya tetap puritan dan di lain sisi jauh terhindar dari
pemahaman yang konservatif serta tetap bisa berinovasi menyesuaikan tantangan
zaman yang terus berubah. Muhammadiyah yang dilahirkan di sebuah negeri yang
dikaruniai keberagaman tradisi, budaya, seni yang kaya, adalah karunia yang
harus disyukuri dan dijaga. Telah menjadi sunnatullah akan adanya sebuah
perbedaan, tidak sealiran, berbeda pendapat, terkelompok-kelompok, dalam
kehidupan bersosial masyarakat. Oleh karena itu, perbedaan ini harus ditanggapi
dengan respon positif dan dari sudut pandang yang positif. Muhammadiyah
memiliki pandangan bahwa tradisi dan budaya adalah bagian dari perkembangan
peradaban manusia yang dinamis dan selalu berubah menanggapi respon perubahan
zaman dan teknologi.
Dapat
dilihat lebih jauh bagaimana prinsip berkemajuan Muhammadiyah menanggapi
tradisi yang ada sebagai warisan nenek moyang. Mengenai tradisi, budaya, dan
seni, Muhammadiyah sangatlah memberikan apresiasi dan ikut melestarikannya
sebagai produk buah pemikiran dan kreasi manusia. Namun dilain sisi, pendirian
Muhammadiyah mengenai tradisi yang didalamnya terdapat praktek keagamaan dan
fiqh, maka perlu dikaji ulang dan jika perlu akan tidak dilaksanakan karena
tidak sesuai denga prinsip puritan Muhammadiyah. Hal ini perlu ditegaskan agar
ummat mengetahui mana yang menjadi tuntunan dan mana yang hanya sebatas selametan.
Ini juga wujud agar umat terbebas dari persepsi kewajiban mengadakan peringatan
dan tradisi yang sudah ada lantas mengesampingkan kemampuan diri dan ekonomi
yang dimilikinya. tentu hal ini akan menimbulkan dampak negatif yang mungkin
tidak semua orang mengetahuinya. Oleh karena itu Muhammadiyah diberi gelar
sebagai gerakan salafi reformis.
Muhammadiyah
adalah gerakan salafi reformis. Kalimat ini diutarakan pak Azaki Khoirudin
dalam salah satu tulisannya di portal IBTimes.id. Apa itu salafi reformis?
Beliau mengutip dari bukunya Tariq Ramadhan yang berjudul Western Muslim and
The Future of Islam (2004: 24-26) yang pada intinya adalah gerakan salafi
reformis itu berusaha untuk menafsirkan Al Qur’an dan Sunnah secara rasional
dengan mempertimbangkan konteks (‘illah) dan tujuan hukum islam (maqashid
syariah), mendorong untuk terus digiatkannya ijtihad selaras dengan
perkembangan zaman yang dinamis dan yang terakhir adalah menjadi warga negara
yang kritis dan loyal terhadap kebijakan dan system yang ada. Jika kita lihat
sekarang ketiga point ini adalah yang benar-benar sudah, sedang, dan akan
dilakukan Muhammadiyah kedepannya. Spirit reformisasi kehidupan islami ini
adalah bentuk usaha Muhammadiyah agar islam itu maju dan dapat mengcover
permasalahan ummat kedepannya dengan baik.
Tantangan
Muhammadiyah pada abad kedua semakin banyak dan kompleks. Dengan beragam
masalah keummatan berupa kemiskinan, kemerosotan moral, eksploitasi alam,
kerusakan lingkungan, hingga bencana alam yang datang silih berganti,
Muhammadiyah terus bergerak dan bekerja walau dalam diam. Dalam menghadapi permasalahan
ini sudah menjadi kebiasaan klassik bahwa Muhammadiyah harus bisa mengambil
peran cepat, tepat, dan bermanfaat. Melalui amal usahanya dan majelis-majelis
yang membidangi bidang strategisnya masing-masing, peran itu direalisasikan.
Nah, menanggapi hal ini ketua PP Muhammadiyah bapak Hajriyanto Y. Thohari
menggagas trisula baru gerakan Muhammadiyah. Apakah itu trisula baru gerakan
Muhammadiyah?
Trisula
baru Muhammadiyah adalah tiga bagian dari Muhammadiyah yang diunggulkan untuk
menjawab tantangan kehidupan ummat pada abad kedua ini. Tiga itu adalah MPM
(Majelis Pengembangan Masyarakat), MDMC (Muhammadiyah Disaster Management
Center), dan LazisMu. MPM mengurusi perihal pemberdayaan masyarakat, MDMC mengurusi
perihal kemanusiaan dan bencana baik ditingkat nasional dan internasional, dan
LazisMu adalah penyokong keduanya. Tiga pilar ini meneruskan 3 pilar perjuangan
sebelumnya yaitu pendidikan, sosial, dan kesehatan yang sudah dilaksanakan dan
lepas landas pada abad pertama Muhammadiyah, tiga pilar baru ini berfungsi
sebagai wujud Muhammadiyah untuk meluaskan perannya dan meningkatkan kesejahteraan
ummat islam khususnya dan umat manusia umumnya.
Tidak
cukup kata yang dapat diungkapkan untuk membahas spirit berkemajuan yang terus
dilakukan oleh segenap warga Muhammadiyah baik pengurus, anggota, ataupun
simpatisannya. Sebagai sebuah organisasi dan sudah terbiasa dengan etos bekerja
dalam diam. Maka peran dan tanggung jawab sebagai kader Muhammadiyah pada abad
kedua ini adalah bagaimana kita dapat terus meningkatkan dan istiqomah dengan
apa yang sudah ditanam oleh pendahulu-pendahulu kita dan jangan lupa pula
kemampuan untuk mengolah hasil panen yang maksimal itu juga menjadi suatu hal
yang sangatlah penting mengingat Muhammadiyah sudah berdiri satu abad lebih dan
selama itu pula usaha untuk terus menanam benih-benih kebermanfaatan dan
memanen buah-buah keberkahan yang amanah kader persyarikatan demi terwujudnya
masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Salam.
Ditulis di Magelang pada tgl 30/01/2021
Disaat materi lokal “Islam Berkemajuan”
DAD Akbar PC IMM Sleman 2021 Bersama Bpk. Azaki
Khoirudin
Komentar
Posting Komentar