Langsung ke konten utama

Menduduk diskusikan Falsafah Jawa “Urip iku urup” dengan spirit sosial Muhammadiyah

Muhammad Alfreda Daib Insan Labib

Selayang pandang tentang Falsafah Jawa “Urip iku urup”

Falsafah Jawa "Urip iku urup" yang secara harfiah berarti "hidup itu menyala" mengandung makna yang sangat mendalam tentang tujuan hidup manusia. Falsafah ini mengajak umat manusia untuk hidup bukan hanya sekadar ada, namun juga untuk memberikan manfaat bagi sesama dan lingkungan sekitar. Konsep "nyala" di sini tidak hanya merujuk pada api secara fisik, tetapi lebih kepada cahaya penerangan yang mampu memberikan manfaat bagi banyak orang. (David Aria Wijaya, 2023)

Dalam konteks masyarakat Jawa, falsafah ini telah menjadi pedoman hidup yang diwariskan dari generasi ke generasi. Makna yang terkandung didalamnya diharapkan mampu mendorong umat manusia untuk selalu berbuat baik, saling tolong menolong, dan berkontribusi positif bagi orang lain.

Adapun beberapa nilai yang terkandung dari falsafah "Urip iku urup" yaitu; Pertama, Kemanusiaan, yaitu Menempatkan sesama manusia sebagai makhluk yang memiliki hak dan martabat yang sama. Kedua, Gotong royong: Saling membantu dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Ketiga, Kerelawanan: Bersedia memberikan bantuan tanpa mengharapkan imbalan. Keempat, Kesederhanaan: Menjauhi sikap hedonisme dan selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki. Kelima, Keharmonisan: Menjaga hubungan baik dengan sesama dan lingkungan sekitar.

Berdasarkan nilai-nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa walaupun falsafah "Urip iku urup" memiliki narasi yang cenderung singkat dan sederhana, pemaknaan falsafah tersebut sangatlah mendalam. Adapun narasi yang cenderung singkat dan sederhana ini tidaklah menggambarkan ketidak-mampuan pewaskita Jawa untuk menghadirkan falsafah yang detail dan ndakik-ndakik. Namun ihwal itu dilakukan agar falsafah tersebut mudah dicerna dan dipahami tanpa harus mengerutkan dahi.

Landasan Spirit Sosial Muhammadiyah

Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia telah menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pengembangan masyarakat. Spirit sosial yang mendasari gerakan Muhammadiyah ini tidak lepas dari pengaruh pemahaman mendalam terhadap Al-Qur'an, khususnya surat Al-Ma'un, Al-Asr, dan Al-Insyirah. Ketiga surat ini menjadi landasan teologis yang kuat bagi Muhammadiyah dalam menjalankan berbagai aktivitas sosial kemasyarakatan. (KRH. Hadjid, 2021) Gambaran singkat mengenai tiga teologi tersebut adalah sebagai berikut;

Al-Ma'un: Spirit Pengabdian Sosial

Surat Al-Ma'un dengan tegas mengkritik sikap orang-orang yang mengingkari hari akhirat dan melalaikan anak yatim serta orang miskin. Ayat ini menjadi inspirasi bagi KH. Ahmad Dahlan untuk mendirikan berbagai lembaga sosial seperti panti asuhan, rumah sakit, dan sekolah. Semangat Al-Ma'un mendorong Muhammadiyah untuk senantiasa peduli terhadap sesama, terutama mereka yang lemah dan membutuhkan. (Labib, 2024)

Al-Asr: Spirit Kerja Keras dan Kualitas

Surat Al-Asr menekankan pentingnya iman, amal saleh, dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Dalam konteks Muhammadiyah, surat ini dimaknai sebagai dorongan untuk terus bekerja keras dan cerdas dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Spirit Al-Asr tercermin dalam berbagai program pengembangan sumber daya manusia yang diselenggarakan oleh Muhammadiyah, seperti sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga pelatihan. (Hilmi Rizkih Saputra, 2020)

Al-Insyirah: Spirit Optimisme dan Pengembangan Diri

Surat Al-Insyirah memberikan semangat optimisme dan dorongan untuk terus mengembangkan diri. Ayat ini menjadi inspirasi bagi Muhammadiyah untuk terus berinovasi dan melakukan pembaharuan dalam berbagai bidang. Spirit Al-Insyirah juga mendorong Muhammadiyah untuk tidak pernah menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. (Labib et al., n.d.)

Benang merah antara Falsafah Jawa “Urip iku urup” dengan spirit sosial Muhammadiyah

Meskipun falsafah Jawa "Urip iku urup" dan spirit sosial Muhammadiyah berasal dari latar belakang yang berbeda, kedua unsur tersebut memiliki berbagai kesamaan. Keduanya menekankan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan, gotong royong, tanggung jawab sosial, dan berbagai aktivitas lain yang bersubstansi kepada kebermanfaat umat manusia.

Berdasarkan pembacaan dan analisis penulis, setidaknya terdapat empat benang merah antara dua untur tersebut, yaitu; Pertama, orientasi pada kemaslahatan umum, baik falsafah Jawa maupun Muhammadiyah sama-sama menempatkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi.

 Kedua, pentingnya tindakan nyata. Keduanya tidak hanya mengajarkan nilai-nilai luhur yang berhenti hanya sebatas pada narasi tanpa melakukan aksi. Lebih dari itu, keduanya mendorong umat manusia untuk melakukan tindakan nyata untuk menghadirkan kebermanfaatan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga, transparansi, yaitu keterbukaan terhadap perbedaan. Falsafah Jawa maupun Muhammadiyah menjunjung tinggi nilai toleransi dan menghargai perbedaan. Sikap mulia ini akan berdampak pada berbagai aspek yang (baik secara langsung ataupun tidak) menghadirkan maslahah bagi umat manusia.

Keempat, Pentingnya pendidikan. Keduanya menyadari bahwa pendidikan merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pendidikan yang dimaksud sejatinya tidaklah terbatas materi-materi yang diajarkan di bangku sekolah. Lebih dari itu, maksud pendidikan disini adalah segala aspek yang dapat membentuk karakter individu yang memanusiakan manusia.

 

Wallahu a’lam bissawab

Daftar Pustaka

David Aria Wijaya. (2023). Javanese Proverbs: Urip iku Urup. javanologi.uns.ac.id. https://javanologi.uns.ac.id/en/2023/03/17/javanese-proverbs-urip-iku-urup/

Hilmi Rizkih Saputra. (2020). Teologi al-‘Ashr KH Ahmad Dahlan. ibtimes.id. https://ibtimes.id/memahami-teologi-wal-ashri/

KRH. Hadjid. (2021). Pelajaran Kiai Ahmad Dahlan; 7 Falsafah & 17 Kelompok ayat al-Qur’an (B. Setiawan & A. Budiman (ed.); 3 ed.). Suara Muhammadiyah.

Labib, M. A. D. I. (2024). Implementation of al- Mā ’ ūn Theology in the concept of educational equality in Indonesia ( Study of Ahmad Dahlan ’ s Thoughts in the Social Aspects of Education ). International Conference on Religion, Science, and Education, 19–26.

Labib, M. A. D. I., Khulanah, Dhiya’elhaq, M. G. N., & Thoriq, H. A. (n.d.). Building and Applying Al-Insyirah Theology : Muhammadiyah ’ s Philanthropic Response to the COVID-19 Crisis. 19–26.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjaga Keturunan Sebagai Upaya Perlindungan (Hifdzu Nasl)

Oleh: Immawan Muhammad Asro Al Aziz Keturunan ( nasl ) merupakan serangkaian karakteristik seseorang yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki seseorang dari orang tua melalui gen-gen. Keturunan juga merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan individu. Perhatian Islam terhadap keturunan dapat dilihat dari sejarahnya yang membuktikan bahwa merupakan hal yang sangat penting dalam, sehingga terdapat beberapa ayat al-Qur’an yang secara spesifik berbicara tentang penjagaan keturunan. Misalnya pada QS. al-Ahzab: 4-5 yang memberi tuntunan tentang proses pemberian nasab terhadap anak kandung dan anak angkat. Karena, perhatian terhadap keturunan juga berimplikasi terhadap hak pemberian nafkah, pewarisan harta, pengharaman nikah, dan lain-lain. Islam memberikan perhatian yang besar terhadap keturunan untuk mengukuhkan aturan dalam keluarga yang bertujuan untuk mengayominya melalui perbaikan serta menjamin kehidupannya

Implementasi Strategi Inovasi Produk Perspektif Al-Qur'an

A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk individual juga sebagai makhluk ekonomi. Banyak kebutuhan yang di perlukan oleh setiap manusia menjadikan ekonomi sebagai suatu ilmu untuk memenuhi keberlangsungan hidup seseorang. Hal bisa itu terjadi karena perubahan lingkungan yang fundamental merupakan daya dorong (driving forces) perubahan perekonomian dan bisnis. Perubahan dalam semua aspek kehidupan harus direspons sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kemanfaatan bisnis. Di sisi lain, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan perusahaan beroperasi di tingkat lokal, regional dan global, tanpa harus membangun system bisnis di tempat perusahaan tersebut beroperasi. Proses informasi dan komunikasi memperluas kemungkinan operasi jaringan perusahaan.  Disebutkan bahwa Koperasi di Jawa Tengah mengalami perkembangan jumlah koperasi aktif 22.674 (81,37%), tetapi tidak disertai dengan berkurangnya jumlah koperasi tidak aktif di Jawa Tengah dengan jumlah 5.19

Strategi Dakwah Ala Rasulullah

Oleh: Immawati Afifatur Rasyidah Islam merupakan agama perdamaian yang dianugrahkan oleh Allah swt dan perlu dijaga eksistensinya. Sebagai kader umat dan pewaris tampuk pimpinan umat kelak, sejatinya dewasa ini para generasi muda dilatih agar dapat menghadapi tantangan dan menjaga agama Islam ini. Berbagai kontroversi terjadi, agama dimonsterisasi, ulama didiskriminalisasi, umat dicurigai, dakwah dianggap provokasi, bahkan kebaikan pun dianggap radikalisasi. Salah satu   maqashidu syariah dalam agama Islam ialah hifdzu al-din (menjaga agama). Penjagaan terhadap agama dapat diimplementasikan dengan berbagai hal, salah satunya adalah dengan dakwah. Penyebaran dakwah tentu tak terlepas dengan metode atau manhaj atau thariqah. At-Thariqat Ahammu Min Al-Maddah, metode itu jauh lebih penting daripada materi. Ia merupakan sebuah seni (estetika) dalam proses penyampaian dakwah. Secara leksikal, metode ialah the way of doing. Sebaik-baik kualitas materi yang disampaikan dalam pembelajaran