Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2024

Menduduk diskusikan Falsafah Jawa “Urip iku urup” dengan spirit sosial Muhammadiyah

Muhammad Alfreda Daib Insan Labib Selayang pandang tentang Falsafah Jawa “Urip iku urup” Falsafah Jawa "Urip iku urup" yang secara harfiah berarti "hidup itu menyala" mengandung makna yang sangat mendalam tentang tujuan hidup manusia. Falsafah ini mengajak umat manusia untuk hidup bukan hanya sekadar ada, namun juga untuk memberikan manfaat bagi sesama dan lingkungan sekitar. Konsep "nyala" di sini tidak hanya merujuk pada api secara fisik, tetapi lebih kepada cahaya penerangan yang mampu memberikan manfaat bagi banyak orang. (David Aria Wijaya, 2023) Dalam konteks masyarakat Jawa, falsafah ini telah menjadi pedoman hidup yang diwariskan dari generasi ke generasi. Makna yang terkandung didalamnya diharapkan mampu mendorong umat manusia untuk selalu berbuat baik, saling tolong menolong, dan berkontribusi positif bagi orang lain. Adapun beberapa nilai yang terkandung dari falsafah "Urip iku urup" yaitu; Pertama, Kemanusiaan, yaitu Menempat

Etos dan Spirit Sosial Muhammadiyah

  Etos dan Spirit Sosial Muhammadiyah Menurut Kamu Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “etos” adalah   pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial, sedangkan “spirit” adalah semangat atau jiwa. [1] Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, dikenal dengan semangat pembaruan dan pengabdiannya kepada masyarakat. Etos sosial Muhammadiyah tercermin dalam upayanya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pendidikan ( schooling ), kesehatan ( healing ), dan kesejahteraan sosial ( feeding ). Dalam pandangan Muhammadiyah, setiap individu memiliki tanggung jawab sosial untuk berperan aktif dalam memperbaiki kondisi masyarakat, khususnya kaum mustadh'afiin . Salah satu alasan KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dikarenakan beliau memandang perlu adanya gerakan pelayanan sosial yang dilandaskan oleh agama. Realitas sosial yang terjadi kala itu menjadi renungan hati yang dalam dan akal suci dengan berpijak kepada Al Qur'an, serta pemikir